9 November 2013

(Cerbung SMASH) "Menatap Flamboyan" / Part 5



Judul : Menatap Flamboyan
Author : Fitri Fauziya
Editor : @ariek_andini
Genre : Romantic
Cover : @ariek_andini
Cast :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Dicky Prasetyo
- Danita 'Princess'

*************


       Menggenggam jemari menahan pergi. Berusaha menerima dengan segenap hati. Namun saat tersakiti, jangan salahkan jika cinta pergi.

       Kian lama Dicky dan Danita kian erat. Dicky adalah satu-satunya tempat dimana Danita merasa nyaman dan bisa berkelu kesah. Sama dengan saat ini, Dicky mengajak Danita bermain di taman kota berdua.

       Danita berjalan di sepanjang taman untuk mencari sosok Dicky, tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya hingga jatuh.

       "Aww.." rintih Danita yang terjatuh ke tanah. Ia berusaha berdiri dari jatuhnya.

       "Maaf, aku gak sengaja."

       "Duh, masa orang sebesar ini kamu gak lihat?" Danita membersihkan celana jeansnya.

       "Sekali lagi aku minta maaf, kamu gak apa-apa, kan?"

       Danita mengerjapkan matanya. Dilihatnya orang yang menabrak dirinya barusan. Seorang gadis bertongkat dengan tatapan kosong ke depan. Dia buta?


       "I-iya, gak apa-apa." jawab Danita tergagap.

       Sejenak keduanya sama-sama hening.

       “Maaf...” ucap Danita tiba-tiba lalu beranjak pergi.

       Suasana taman masih sepi. Hanya nampak dua-tiga orang berjalan ke sana kemari. Danta memilih bangku di bawah pohon mangga. Sekian menit menunggu dan hanya celingak-celinguk sendirian.

       "Dicky, kamu dimana?" tanya Danita dalam hati.

       Tiba-tiba seseorang melempar daun kering yang diremas-remas ke kepala Danita. Danita mendongakkan kepalanya ke atas.

       "Dicky???! Kamu ngapain disitu?" seru Danita mendapati Dicky yang sedang bertengger di ranting pohon.

       "Lagi ngisengin cewek..." jawab Dicky asal.

       Danita menggeleng kepala sambil melipat tangannya di dadanya.

       "Terus sampai kapan kamu mau disitu? Ayo turun!" perintah Danita.

       Dicky memanyunkan bibirnya. Ia lalu menurut dan turun dari pohon.

       "Oke, sekarang kamu mau ngomong apa?" tanya Dicky yang kini duduk bersama Danita.

       "Aku cuma mau kasih tau kamu kalau aku udah putusin Ilham."

       Dicky menganga. Butuh sekian detik hingga ia mengerti dengan maksud perkataan Danita barusan. Tak tahu kenapa perasaan Dicky begitu senang, entah karena tak tega Danita yang terus-terusan disakiti Ilham atau karena sekarang Danita sudah sendiri. Dan yang membuat Dicky lebih senang ialah kenapa Danita tiba-tiba menelponnya dan meminta bertemu dengannya hanya untuk memberitahu hal ini. Apakah ini salah satu sinyal kalau Danita juga punya perasaan yang sama dengannya?

       Tapi tunggu, kenapa wajah Danita tak terlihat bahagia? Kenapa ia justru terlihat murung?

       "Kamu kenapa? Apa kamu menyesal putus sama Ilham?" tanya Dicky.

       Danita menggelengkan kepala dan tersenyum kecil. Sepertinya dia memang setengah hati memutuskan Ilham, fikir Dicky.

       "Danita, aku akan bikin kamu move on sama Ilham." Kata Dicky mantap.

       Danita menatap wajah tirus Dicky yang sedang tersenyum manis.

       "Boleh, kan?" tanya Dicky.

       "Akan aku coba." Danita mengembangkan senyumnya.

***************

       Suasana kampus siang hari ini tak berbeda dengan hari-hari biasanya, tetap ramai. Jam mata kuliah pun sudah Rangga selesaikan, kini dia tengah duduk di bangku kantin di temani sebotol minuman dingin dihadapannya.

       "Keluar dari kelas ternyata kamu disini, aku cari-cari kamu." kata Reza tiba-tiba duduk di sebelah Rangga.

       "Aku pinjam catatan tadi dong, Ga. Tadi aku ketinggalan." ucap Reza lagi namun Rangga hanya diam sibuk membaca bukunya.

       "Rangga..!" panggil Reza.

       Sepi. Rangga tetap khidmat menyimak buku di tangannya.

       "Wooyy.." kata Reza sambil merampas buku di tangan Rangga.

       "Kamu tuh apa-apaan sih, Za? Gak lucu tau." ucap Rangga kesal lalu merampas bukunya kembali.

       "Lagian dari tadi itu aku ngomong sama kamu, kamu malah diam, kenapa?" balas Reza yang ikut kesal dengan tingkah Rangga yang tak biasanya.

       "Harusnya kamu mikir kenapa aku diemin kamu." kata Rangga tanpa melihat wajah Reza, Reza pun bingung dengan sikap Rangga, kalaupun ia mempunyai kesalahan Rangga pasti tak akan semarah itu.

       "Aku punya salah sama kamu?" tanya Reza.

       "Bukan sama aku, tapi Eriska." Balas Rangga tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran buku di tangannya.

       "Ya ampun, Ga! Kirain apaan!" ucap Reza santai.

       Seketika Rangga menoleh ke Reza.

       "Kamu kok menyepelekan begitu sih? Kamu udah menghina orang, Za!" kata Rangga tak terima. Terkadang kesal dengan sikap temannya itu, seolah tak perduli dengan hati seseorang yang sakit karena celetukannya.

       "Ya, sudah! Soal waktu itu aku minta maaf deh."

       "Kamu jangan minta maaf padaku, tapi pada Eriska."

       "Iya, aku akan minta maaf sama dia."

Setelah perbincangan di kantin siang itu, Rangga dan Reza menyambangi kediaman Eriska menggunakan mobil Reza.

       Mobil Reza berhenti beberapa meter dari rumah Eriska, Rangga dan Reza melihat Eriska bersama pemuda yang duduk di jok sepeda berseragam putih abu-abu di depan pagar rumahnya.

       "Itu Eriska kan, Ga?" tanya Reza.

     Rangga hanya mengangguk tanpa melihat wajah Reza.

       "Kok sama cowok? Dia buta aja bisa gaet cowok, apalagi kalo bisa lihat." celetuk Reza.

       "Kamu bisa gak berhenti jelekin dia? Baru juga mau minta maaf sudah jelek-jelekin dia lagi." sahut Rangga kesal.

       Reza langsung menutup mulutnya dengan tangannya, "Kamu tuh dari tadi ngambek terus, kayak cewek aja!"

       "Syuuttt." Rangga segera menutup bibirnya dengan jari telunjuknya, dan terus saja memperhatikan Eriska yang sedang mengobrol di depan sana.

       Tak lama kemudian, pemuda itupun pergi dari depan halaman rumah Eriska. Rangga dan Reza langsung menghampiri Eriska.

       Buru-buru Rangga memanggil Eriska ketika ia hendak masuk ke dalam rumah. Rangga datang ke rumah Eriska bersama Reza tentunya bermaksud meminta maaf atas perkataannya tempo hari yang sudah membuat Eriska menangis.
Dengan cara bicara baik-baik, Eriska pun dengan senang hati memaafkan Reza, bukan kali ini saja ia menjadi bahan ledekkan orang, sebenarnya ia sudah kebal dengan hal itu tapi entah kenapa saat Reza meledeknya ia mendadak cengeng dan gampang menangis.

       Asik mengobrol, tiba-tiba Reza mendapat panggilan masuk dari ayahnya di handphonenya. Entah karena urusan apa, ia lalu memohon pamit dan pergi meninggalkan Rangga dan Eriska berdua di teras.

       "Emm, kalau boleh tau, cowok yang tadi ngobrol sama kamu itu siapa?" tanya Rangga ragu-ragu.

Eriska berfikir sejenak, "Oh, itu Dicky, sahabat aku yang pernah aku ceritain."

       Rangga menghela nafas lega. Itu yang namanya Dicky, sahabat Eriska sejak kecil.

       "Eriska, aku punya sesuatu buat kamu."




*******************
***********
Bersambung ke part 6
 

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar