19 Januari 2014

Cerbung SMASH - "Cinta 18 Hari" / Part 1



Tittle:Cinta 18 Hari (Special Story)

Genre:Roman,Drama (Family,Friendship)

Author:Alfiyah Setiawan with Auryn Saenandra

Rating:Teenager
Cast:
-         Muhammad Ilham Fauzi Effendi (Ilham)
-         Muhammad Reza Anugrah Effendi (Reza)
-         Sarwendah Tan (Wenda)
-         Dicky Muhammad Prasetya (Dicky)
 

************************

          Jam istirahat yang pendek. Dan gue hanya duduk anteng di kelas dengan sebuah novel misteri di tangan.

           “Hay,Ham!” sapa seseorang.

           Gue menoleh, “Hey, Dick! Kenapa?” balas gue pada seorang cowok kurus berponi di hadapan gue. Dicky Muhammad prasetya, seenggaknya dia cowok di sekolah ini yang akrab dengan gue.

           “Enggak, cuma mau ngajak loe ke kantin, mau gak?”

          Gue mengiyakan ajakan Dicky. Kami berjalan menuju kantin berdampingan. Sementara Dicky memesan dua porsi nasi goreng, gue kebagian tugas mencari meja kosong. Dan di tengah pencarian gue itu lah mataku terpaku pada satu titik. Sejenak lupa dengan tujuan gue datang ke kantin. Mata gue asik mengamati jelita Wendah dari kejauhan. Gadis manis berambut sepunggung itu tengah bergurau dengan teman-temannya di salah satu meja berseberangan dengan meja dimana gue berada.

           “Woy, Ham! Ngelamaun aja loe!” tegur Dicky buat gue tersentak.

           “Apa-apaan sih, loe, Dick!?” seru gue sedikit kesal.

           “Ngeliatin apa? Wenda?”

           “Pelan-pelan bisa gak?

           “Iya, Wenda?”

           “Udah tahu nanya.”

           “Mending loe tembak dia sekarang juga! Bosen gue lihat loe ngelamunin dia mulu!”

           “Tapi dia kan, populer! Kalau dia udah suka sama orang lain gimana?”

           “Belum tentu! Apa gara-gara gossip dia lagi PDKT sama Ketos kita?” gue terdiam, Dicky menambahkan, ”Lagian menurut gue, loe jangan terlalu baik dengan urusan hati.”

          Kayaknya Dicky bener juga, gue terlalu lama and terlalu baik sehingga ngasih kesempatan ke yang lain.


           “Nyusun rencana?” Tanya Dicky.

           “Tuh,tahu! Makanya jangan ganggu,”

          Laki-laki harus berani melangkah. Berdiam pada satu titik tidak akan menghasilkan apapun. Itu satu-satunya kalimat yang gue pegang erat-erat saat ini. Ditambah omongan Dicky siang tadi di Kantin. Dicky yang di mata gue nggak lebih dari cowok bawel, tiba-tiba berubah bijak kayak Mario Teguh.

          Angin siang perlahan berubah sejuk seiring matahari yang bergeser ke barat. Sore itu sepulang sekolah, Wenda nampak tengah berjalan sendirian di koridor sekolah. Gue meneguhkan hati! Ini kesempatan lo, Ham!

          “Hai, Wen!” sapa gue.

           “Ada apa?” balasnya sedikit dingin. Sejak awal memang dia tidak terlalu respect pada gue.

           “Gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Kata gue dengan nafas tertahan di kerongkongan.

           “Apa?”

           “Loe mau gak jadi pacar gue?”

           “APA?!”

          Sesuai perkiraan, dia terkejut setengah mati. Gue ngomong minta dia jadi pacar seperti orang mabuk lagi malak orang, nggak ada titik koma. Ck, gue jadi sedikit menyesal sekarang.

           “Gue serius!” kata gue lagi.

           ”Maaf,tapi gue gak suka sama loe,”

          Sayangnya hidup ini nggak sesimpel bawelan Dicky.

          Sejujurnya dengkul gue lemes. Tapi gue harus maju! Gue udah sejauh ini ngomong sama Wenda. Gue nggak boleh berhenti di tengah-tengah.

          “Kalau gitu gue punya permintaan,” kata gue mencegah Wenda pergi.

           “Apa?” Balas Wenda tak sabar.

           “Gue mau loe jadi pacar pura-pura gue mulai hari Senin.”

           “Ngapain gue jadi pacar pura-pura loe?!” pekiknya.

           “Please, Wen, cuma 18 hari!” Wenda tampak menimbang-nimbang.

          ”Setelah 18 hari,gue bebas,kan?” tanyanya.

          Gue mengangguk.

           “Oke, 18 hari! Nggak lebih! Gue harap sih, kurang!” kata Wenda. Makin nampak judes dengan matanya yang sipit.

          Usai berkata demikian, Wenda berbalik badan ninggalin gue.

          Kali ini gue akuin semua bawelan Dicky terbukti. Gue masih bengong kayak patung pancoran di depan pintu kelas. Rasanya baru sedetik lalu gue melakukan transakasi ajaib dengan Wenda. Pacaran selama 18 hari? Nggak nyangka rencana gue terkabul dengan mulus!

          Sejenak mengumpulkan kesadaran yang masih tersisa, gue kemudian beranjak pulang. Tak perlu banyak mikir, gue besok pagi harus menjemput Wenda dan berangkat bareng ke sekolah. Dia pacar gue!

          Langkah gue terhenti begitu sampai di pagar rumah. Mata gue tertuju pada Mobil Toyota Avanzha Silver yang terpakir di depan teras. Gue berdecak. Semburat rasa sebal dan iri muncul di hati gue.

          Maaf! Bukan maksud gue iri pada kakak gue yang memiliki kekurangan fisik dibanding gue. Kak Reza mengidap kanker ginjal sejak waktu yang gue sendiri nggak tahu itu kapan. Tapi, entahlah! Rasanya dengan sakitnya yang kronis itu, dia berhasil menyedot seluruh perhatian Papa ke dia! Sedikit-sedikit Kak Reza, apa-apa kak Reza, gue kapan?

          “Udah pulang loe,Ham?” sapa Kak Reza yg sedang duduk menonton TV.

           “Udah. Kak, gue boleh nanya gak?” sahut gue sambil duduk di sampingnya.

           “Boleh,mau nanya apa?”
           “Loe pernah nembak cewek gak?”

           “HAH?!” Sepertinya Kak Reza sangat terkejut dengan pertanyaank gue.

          ”Salah ya,gue nanya?” tukas gue.

           “Enggak,cuma aneh aja. Iya,gue pernah,kenapa?”

           “Diterima gak?”

           “Ada yang iya, ada yg enggak. Loe kenapa,sih? Habis ditolak cewek?”

           “Hhmm… sebenarnya ditolak enggak, diterima juga enggak.”

           “Lah, terus?!”

           “Gue minta dia jadi pacar pura-pura gue selama 18 hari.”

            “Ngapain loe minta dia jadi pacar pura-pura loe?”

            “Ya,karena gue suka sama dia dan gue udah mengharapkan dia dari lama.”

            “Emang dia kayak gimana,sih?”

            “Dia itu cantik, populer, pinter, supel, pokoknya keren, deh! Seisi sekolah nggak ada yang nggak kenal sama dia.”

            “Kayaknya,tuh cewek hebat amat~...”

            “Emang,tapi dia gak mau sama gue.”

            “Kenapa? Menurut gue, loe pantes sama dia. Loe lumayan cakep, pinter, prestasi basket loe juga keren.”

           Percakapanku dan Kak Reza berlanjut pada saling tunjuk. Ku bilang aku anak yang cupu dan nggak bisa apa-apa, tapi Kak Reza bersihkukuh bilang aku berbakat dan anak yang sempurna. Ck! Gue benci pembicaraan seperti ini!

            “Ayah,kak…” desisku kemudian sambil berusaha menahan air mata yg ingin mengalir. Aku bukan tipe orang yg mudah mengeluarkan air mata, namun entah mengapa jika mengingat tindakan kurang mengenakkan ayahku, bendunganku langsung bocor.

            “Sabar ya,Ham! Loe gak kayak gitu, kok! Kita emang beda, tapi bukan berarti loe gak ada apa-apanya. Loe lebih hebat dari gue, loe gak sakit kayak gue, iya ‘kan?” kata Kak Reza lagi,sementara aku berusaha menghentikan laju air mata.

             “Kak,loe udah punya pacar belum?” tanyaku setelah air mataku selesai beraksi dan suasana mereda.

             “He he he…belum sih, tapi gue udah punya gebetan,” jawab Kak Reza.

             “Gebetan? Siapa?”

             “Rahasia, ciri-cirinya tinggi, putih, langsing, rambutnya kecoklatan…”

             “Itu mah Barbie!” potongku.

             “Enak aja, dia bukan boneka, dia juga pinter, supel, ramah, seru deh!” balas Kak Reza tak terima jika perempuan idamannya kusebut boneka.

             “Ya udah,terserah.”

             “Oh ya,kenapa gak loe jadiin dia pacar pura-pura untuk selamanya aja?Siapa tahu bisa suka beneran?”

             “Enggak ah, yang penting, ultahu gue tahun ini berbeda.”

             “Cieee…yg mau ultah!”

            Aku membalas Kak Reza dengan menyengir kuda. Aku lalu melesat ke dalam kamar. Nggak akan ada bedanya kalau aku terus-terusan mengingat masa lalu. Aku udah punya pacar. Aku ingin menikmati masa ini sebelum 18 hari berakhir.

            Esok harinya, aku memulai dengan sesuatu yang beda. Dengan menenteng dua buah helm, aku bersiap menjemput Wenda di rumahnya. Seenggaknya itu yang aku tahu yang biasa dilakukan seorang cowok pada ceweknya.

             “Ayah mana,kak?” tanyaku saat mendapati meja makan hanya dihuni oleh Kak Reza.

             “Semalam ayah gak pulang, katanya ada urusan, mending loe cepet sarapan terus berangkat!”

             “Kakak gak kuliah?” tanyaku lagi.

             “Kuliah siang,” jawab Kak Reza pendek.

            Seperti nggak kerasan duduk di meja makan. Aku lebih memilih mempercepat sarapanku lalu meluncur ke rumah Wenda.

            Sampai di depan rumah Wenda, aku terhenyak.Ternyata Wenda itu anak orang kaya, tapi aku-yg selalu mengikuti perkembangannya tidak pernah melihat dia memakai barang-barang yg ‘WAW’.

             “Hai,Wen! Udah siap?” sapaku.

             “Udah. Tumben gak telat~...” katanya sedikit menyindir. Ups,tapi betul juga sih,kadang aku suka telat.

             “Masa jemput kamu telat, gak mungkin dong!”

             “Oohh…ya udah, cepet!” Aku langsung memacu motorku secepat mungkin karena kudengar Wenda menyukai motorcross.

            Sampai di sekolah, ”Gak apa-apa kan,tadi aku ngebut?” tanyaku setelah dia melepas helm-nya.

             “Gak apa-apa,” jawabnya sambil memberikan helm yang tadi kuberikan kemudian mulai beranjak pergi.

             “Wen!” Panggilku.

            ”Apa?” Sahutnya.

             “Pas pulang aku anter lagi, ya!” kataku. Wenda hanya mengangguk kemudian berlalu.

            Dingin seperti biasa. Nggak ada yang berubah dari Wenda. Tapi itu bukan masalah buatku. Yang penting, Wenda pacarku.

            ”Cielah...! Yang bisa ngedapetin Wenda…!” Goda Dicky begitu aku masuk ke kelas.

             “Gue!” Balasku sambil menepukkan tangan ke dada. Bangga!

             “Ngomong-ngomong, gimana cara loe bisa ngedapetin Wenda?”

             “Keistimewaan gue gitu, pakai cara halus dan membujuk melas.”

             “Loe sadar gak kalau loe adalah pacar pertama dia?”

             “Hah?!Serius loe,dia belum pernah pacaran?Cewek secantik dan sepintar dia?!”

             “Serius,makanya loe beruntung banget bisa jadian sama dia, banyak yang patah hati sama dia.”

            DAMN! Itulah yg nanti akan kualami pada hari ke-18,tapi aku diam saja.

             “Tapi denger-denger,belakangan ini dia udah punya gebetan.”

            Gebetan? Batinku tak yakin.

***********************

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar