(Cerbung SMASH) - "Cewek Rockstar VS Cowok Boyband" / Part Tambahan

Judul        : “Cewek Rockstar VS Cowok Boyband”

Pengarang : @ariek_andini (adm4)

Genre       : Comedy-Romantic

Cast          : Seperti biasa, anak-anak SMASH sama anak-anak D'Uneven

-------------------------------------------

          Jam menunjukkan angka sembilan. Angin malam berhembus melalui celah sempit cendela apartemen. Hujan baru saja turun sejam lalu. Meski telah berhenti, mendung tak juga hilang. Malah makin kelam. Mungkin akan hujan lagi setelah ini. Membuat suasana apartemen semakin membuat kulit beku.

          Klik!

          Rangga lagi-lagi menaikkan suhu ACnya. Sudah mentok pada suhu maksimum. Tapi jarinya masih saja gregetan untuk menaikkan suhu ruangan menjadi 27 derajat. Gagal. Dan dia jadi depresi sendiri.

          “Kenapa nggak sekalian aja loe bakar apartemen loe biar nggak dingin?” celetuk Andin. Matanya tak beralih dari layar handphonenya. Di sampingnya, Rangga duduk sambil meremas remote AC.

          Rangga memanyunkan wajahnya. Celotehan Andin sama sekali nggak membantu. Tuh cewek, meskipun sudah resmi menjadi pacarnya, masih aja suka manggil loe-gue daripada aku-kamu. Dia manggil kamu ke Rangga cuman kalo ada maunya. Nemenin begadang nonton world cup misalnya.

          “Dingin, ya....” gumam Rangga sambil melirik Andin.

          Andin bergeming. Menatap handphone di tangannya fokus. Nenek-nenek akrobat juga tahu kali kalo Jakarta lagi dingin.

          “Kamu nggak dingin?” ucap Rangga lagi. Dia menggeser duduknya mendekat ke Andin.

          “Ya, lumayan...” jawab Andin sekenanya.

          “Kalo ada yang panas-panas pasti enak, ya....”

          Andin mengernyitkan dahinya. Mulai janggal. Diliriknya Rangga yang duduk sejengkal di sampingnya.

          “Yang hot, terus manis~...” Rangga semakin meracau.

          BUGH! Andin memukul Rangga dengan bantal sofa, “Loe kenapa, sih?!!”

          “Gue pengen teh panas!!” balas Rangga. Buset tuh cewek nggak peka banget kalo dia lagi pengen cemilan yang anget-anget.

          “Terus?” Andin balik nanya.

          “Apanya yang terus?! Tadi maghrib gue cuman buka sama burger dan air putih!! Gue nitip makan ke Bisma, sampe sekarang belom pulang juga!! Gue kekurangan energi~....”

          “Terus? Gue harus jalan ke dapur, bikinin loe teh, habis itu gue kasihin loe biar loe nggak kedinginan, gitu??” sergah Andin.

          Rangga mengagguk-angguk.

          “BIKIN SENDIRI SANA!!”

          Rangga menutup bibirnya. Dia bersumpah, jika ada lomba mirip-miripan suara sama geledek, Andin pasti juara bertahan!

          Dengan hati dongkol Rangga berjalan ke dapur. Susah membuat Andin berperilaku keibuan. Yang ada malah makin kepremanan. Air di dispenser habis. Mampus! Rangga melongokkan wajahnya ke termos air. Kosong. Makin mampus!!

          “Air panasnya abis, Ndin!!!” teriak Rangga dari dapur.

          “Loe kan bukan anak TK, ya masak aja sana!”

          Rangga cengo. Dengan berat hati, Rangga lalu meraih ceret air. Dinyalakannya keran air. Lalu diisinya ceret itu hingga penuh. Setelah itu di letakkannya ke atas kompor.

          Udara semakin menusuk kulit. Setiap perabotan yang ada di sana terasa berubah menjadi es. Dingin menyengat. Mirip rumah es di film Tom and Jerry. Lalu Jerry dan kawannya berdansa sambil ice skating. Mungkin kah seharusnya dia berdansa dengan Andin sekarang? Ah, enggak!! Yang ada ntar dia dibanting pakek kulkas.

          Rangga lalu balik ke depan TV. Mungkin dua puluh menit lagi airnya mendidih. Sementara menahan dingin, Rangga menyelimutkan selimut tebal ke badannya lalu berubah jadi kepompong di samping Andin.

          Andin masih nggak berubah. Dia tetap fokus menggeser-geser layar handphonenya. Hatinya menggerutu. Sudah dua jam dia terjebak di apartemen Rangga. Janjinya Erwin akan menjemputnya jam delapan malam. Tapi ini udah jam sembilan malam, kemana tuh anak rese! Apa terjebak banjir? Kapan ini banjir Jakarta rampung?

          Dua puluh menit berlalu, Rangga beranjak dari sofa dan berjalan ke dapur. Diambilnya kain serbet lalu mengangkat ceret panas itu. Rangga bengong. Kok nggak panas? Dibukanya tutup ceret. Belum mendidih ternyata.

          Rangga lalu meletakkan lagi ceret itu ke atas kompor. Diletakkannya kain serbet dari tangannya, lalu kembali ke sofa.

          Sepuluh menit berlalu. Rangga melepas selimutnya, berjalan ke dapur, lalu mengintip ceret itu. Dan lagi-lagi Rangga dibuat dongkol. Air di dalam ceret itu masih juga nggak mendidih. Masak air emangnya butuh berapa lama sih? Ngapa lama banget??

          Dengan wajah makin kusut, Rangga balik ke sofa. Menyelimutkan selimut ke tubuhnya, lalu duduk melingkar kayak trenggiling. Kali ini dengan badan sedikit dihempaskan. Bete, marah, dan kedinginan. Kakinya udah ngilu-ngilu gara-gara bolak-balik ruang tengah ke dapur. Bayang secangkir teh panas berkelebat di otaknya. Sedikit dicampur susu kental. Mantap!

          Lima menit berlalu. Rangga bangun dari sofa, berjalan ke dapur, lalu mengintip ceret. Joko Sembung makan pete!! Masih belum mendidih??!! Apa kompornya rusak?! Ato ceretnya terlalu tebel? Ato airnya yang kebanyakan?? KENAPAAAAAA???

          Rangga meraih pegangan ceret itu. Diangkatnya dari kompor. Lalu dituangkannya ke wastafel. Mungkin kalau airnya lebih dikit, mendidihnya makin gampang.

          Lalu Rangga balik lagi ke sofa, duduk melingkar, dan bertopang dagu. Wajahnya kusut kayak cucian kejepit pintu.

          Andin yang sedari tadi mengamatinya diam-diam, keheranan. Dia hanya sempat melirik Rangga yang berjalan mondar-mandir kayak setrikaan. Dari caranya berjalan, tuh cowok kayaknya udah bete tingkat akut.

          Cklek! Terdengar pintu apartemen dibuka. Muncul Bisma, Dicky dan Ilham. Mereka baru pulang dari syuting. Mereka ramai bercanda sambil melepas sepatu.

          Sementara Rangga, sekali lagi berjalan ke dapur dengan harapan air nista itu telah mendidih.

          “Aaagghhrrrrrr!!! Airnya nggak mateng-mateng, Ndin!!! Kecoa curut!! Ngajak ribut!!! Gue kedinginan tahu nggak!!!” bentak Rangga sejadinya dari dalam dapur.

          Andin menghela nafas. Dia lalu berjalan menyusul Rangga ke dapur. Bisma, Dicky dan Ilham yang kaget mendengar Rangga ngamuk, ikut mengekor di belakang.

          Andin membuka tutup ceret. Ditelisiknya ceret itu dari ujung ke ujung. Tak ada sedikitpun asap yang menandakan air itu telah dipanaskan. Andin mengernyitkan dahinya. Bingung. Hingga kemudian dia tertawa terbahak-bahak dengan lantang.

          “Gimana mau mateng, Monyet!!!! KOMPORNYA BELUM LOE NYALAIN!!!” teriak Andin.

          Rangga mangap.

          “Loe ampe Jakarta turun salju juga nggak bakalan mateng nih air!!! Bego!!!” kata Andin di sela tawanya. Tangannya memegangi perutnya. Mules. Wajah Rangga yang berubah polos makin membuatnya konyol.

          Bisma, Ilham, dan Dicky yang berdiri di pintu dapur nggak kalah keras tertawa. Mereka tertawa sampe memukul-mukul meja. Rangga menjadi bulan-bulanan. Wajahnya merah padam. Sirnah sudah keinginannya untuk membuat teh panas. Dengan wajah merengut, dia menghentakkan kakinya lalu keluar dari dapur.

          KAMPRET!! Batinnya....

 -------------------e n d------------------

KOK TAMAT MIN?

IYE TAMAT. NAMANYA JUGA CERPEN.