Judul : Menatap Flamboyan
Author : Fitri Fauziya
Author : Fitri Fauziya
Editor : @ariek_andini
Genre : Romantic
Cover : @ariek_andini
Cast :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Dicky Prasetyo
- Danita 'Princess'
Genre : Romantic
Cover : @ariek_andini
Cast :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Dicky Prasetyo
- Danita 'Princess'
****************
"Eriska,
aku punya sesuatu buat kamu." Kata Rangga. Ia lalu mengeluarkan sebuah
buku dari balik tasnya. Rangga meraih tangan Eriska lalu menyentuhkan buku yang
ia bawa ke tangan mulus Eriska.
"Ini apa, kak?"
"Kamu kan pernah bilang punya keinginan untuk bisa membaca, nah ini aku bawakan buku yang cocok buat kamu."
Telapak tangan Eriska meraba buku itu dengan
lembut. Pelan-pelan ia membukanya.
"Gimana caranya?" tanya Eriska mulai ragu. Bagaimana ia membaca sebuah buku jika hanya gelap yang nampak di matanya?
Rangga membuka jilid buku tersebut lebar-lebar.
Diraihnya telunjuk jari Eriska lalu menyentuhkannya pada tiap permukaan
lembaran kertas. Terasa ada tekstur beraturan di sana.
"Ini
huruf braile. Aku yakin kalo kamu latihan terus pasti cepat bisa."
Menurut. Eriska tidak protes sekalipun
Rangga menarik-narik jemarinya ke sana kemari di atas buku. Dengan sabar Rangga
mengajarkan tiap huruf yang ada di sana. Cacat bukan berarti terkungkung. Jika
sedikit berusaha, Eriska pasti bisa menikmati sastra seperti yang
diidam-idamkannya selama ini.
Tida jam berlalu. Tak ada yang sadar matahari telah bergeser sekian derajat ke barat. Rangga menghentikan bicaranya lalu menatap Eriska dalam-dalam.
"Kamu
bosan gak?" tanya Rangga .
"Sedikit."
Eriska tersenyum
"Biar gak bosan, aku puterin kamu musik, ya." Kata Rangga.
Rangga mengeluarkan earphone dari tasnya dan
menempelkan sebelah earphonenya ke telinganya dan satu lagi ke telinga Eriska.
"SMASH-Selalu Tentang Kamu"
"Kamu suka lagunya?" tanya Rangga.
Eriska
mengangguk.
“Sebenarnya...”
“Kenapa?” tanya Eriska mendengar Rangga tak
meneruskan kalimatnya.
"Lagu itu mewakili ungkapan hatiku padamu."
Eriska terdiam. Seperti berpikir keras. Tak
menyangka Rangga akan berkata begitu, ia memang mengetahui maksud Rangga. Tapi
entahlah, orang yang selama ini ia suka hanya Dicky, sahabatnya dari kecil.
"Eriska, kok kamu diem aja?"
"Eh, gak apa-apa." kata Eriska lalu melepas earphone di telinganya.
"Kayaknya kakak udah kecapean, sebaiknya kakak pulang." Ucap Eriska mengalihkan pembicaraan.
Rangga
hanya menarik napas berat, “Yasudah, aku pulang. Buku ini buat kamu, belajar
terus, ya."
Salam singkat. Entah Eriska menggubrisnya
apa tidak. Usai berkata demikian, Rangga meraih tasnya lalu beranjak pergi
meninggalkan teras rumah. Ditolehnya Eriska sekilas. Tetap cantik dan polos.
Rangga mengedarkan pandangannya ke halaman rumah. Ia lalu melangkah pergi.
**********
Dedaunan
dan rumput pagi ini basah terkena air gerimis panjang semalam. Matahari yang
seharusnya hangat pun tertutup awan abu-abu. Pagi yang mendung mengawali hari
pertama sekolah Dicky setelah satu minggu berkutat dengan ujian kenaikan kelas.
Kini ia sudah menginjak jenjang kelas 12 SMA.
Dicky tak mau waktu liburannya ia habiskan dengan bermalas-malasan dirumah, ia lebih suka keluar rumah, ke taman, atau belajar bersama Eriska.
"Rasanya
seneng banget, Dick. Waktu ibuku terima telpon dari rumah sakit bilang kalau
ada pendonor yang mata cocok sama aku." Eriska bercerita dengan sumringah
yang kini sedang duduk dibangku taman bersama Dicky.
"Alhamdulillah, Eris! Terus kapan kamu mau operasi?" tanya Dicky.
"Seminggu lagi, katanya kan harus ada pemeriksaan sebelum operasi." Jawab Eriska. Ia lalu kembali bercerita panjang lebar mengisahkan perasaan bahagianya pada Dicky. 12 tahun hidup dalam harapan yang kadang muncul dan kadang tenggelam. Tak mudah mencari pendonor mata yang cocok. Saat-saat seperti ini adalah yang paling dinantikannya sepanjang hidupnya.
"Dick,
kita pulang yuk. Kayaknya aku mau belajar lagi.” pinta Eriska.
"Tapi aku masih ingin disini."
"Hemm, ya, sudah. Aku pulang duluan, ya."
"Kamu gak apa-apa pulang sendiri?" tanya Dicky.
"Ya ampun, Dicky. Kamu kayak gak tau aja, aku bisa sendiri kok."
Sekian menit Eriska meninggalkan taman, Dicky masih belum beranjak dari duduknya. Ia nampak celingak celinguk seperti tengah menunggu seseorang.
"Hey." sapa seseorang pada Dicky dengan semburat senyum manis di bibirnya.
Dicky
pun membalas senyuman itu.
"Kamu
udah nunggu lama?" tanya Danita duduk disamping Dicky.
"Gak juga."
"Eh, kemarin aku lewat ke sekolah kamu, kamu kok gak kelihatan?" tanya Dicky.
"Mungkin kamu datengnya kesiangan, setelah pembagian raport aku langsung pulang."
"Em, nilai-nilai kamu gimana? Bahasa Inggri gimana?" tanya Danita.
"Lumayan." jawab Dicky.
"Ekonomi?"
"Lumayan."
"Sosiologi?"
"Lumayan."
"Kamu jawabnya lumayan terus. Jangan-jangan nilainya jelek ya?" tanya Danita meledek.
"Enak aja!!!"
Hari pertama liburan sekolah itu pun mungkin menjadi awal hari yang menyenangkan bagi Dicky dan Danita karena dibumbui canda tawa.
"Danita." panggil seseorang di belakang dua sejoli yang tengah duduk.
Ilham? Dicky dan Danita menoleh pada Ilham, mereka beranjak dari duduknya. Dicky membiarkan Danita di belakang punggungnya, seperti sedang waspada, takut kalau tiba-tiba Ilham melakukan sesuatu pada Danita.
"Danita,
gimana kabarmu?" tanya Ilham ramah.
Dicky
masih menyembunyikan Danita di balik punggungnya. Mata Dicky menyimpan curiga,
apa maksudnya? Selama ia tau sosok Ilham, ia tak pernah melihat Ilham seramah
ini.
"Apa maumu?" tanya Dicky.
"Aku cuma mau ketemu dan bicara sama Danita." jawab Ilham.
"Kamu kan udah putus sama dia."
"Memang kenapa kalau kami udah putus? Aku kesini justru mau memperbaiki hubungan kami."
Memperbaiki hubungan? Apakah maksudnya ia ingin Danita kembali?
Dicky menoleh ke Danita. Sejenak mereka saling pandang. Danita mengangguk tanda ingin mendengar penjelasan Ilham. Dia pun melangkah maju mendahului Dicky.
Ilham tersenyum dan meraih tangan Danita lalu menjauh beberapa meter dari Dicky. Dicky masih berdiri mematung ditempatnya.
"Danita, aku mau kita sama-sama lagi kayak dulu. Maafkan aku, ya. Aku udah berubah kok."
Samar-samar
Dicky mendengar suara Ilham dari kejauhan.
"Aku
baru sadar kalo aku memang egois. Cuma kamu yang sabar menghadapiku." lanjutnya.
******************
Bersambung ke part 7
oh God ilham kembali, apa mungkin Danita mau mnerima ilham kembali?trus si dicky dikemnain donk? buat gue ja kali y,boleh kan #saraploe
BalasHapussedih,kecewa mungkin prasaan karangga saat ini,tapi mau gimna lagi?prasaan itu nggak bisa dipaksa.mungkin saat ini emang dicky yang ada di hati eriska tapi dengan berjalannya waktu pasti eriska bisa kok sayang sama lo karang.BERSABARLAH! karna kesabaran akan membuahkan kebahagiaan (y)
-____-" Khayal banget deh dicky buat elu..... wkwk.....
Hapussi Rangga mah harus ekstra sabar biar ngedapetin eriska sepenuhnya...