15 November 2013

(Cerbung SMASH) "Menatap Flamboyan / Part 7



Judul : Menatap Flamboyan
Author : Fitri Fauziya
Editor : @ariek_andini
Genre : Romantic
Cover : @ariek_andini
Cast :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Dicky Prasetyo
- Danita 'Princess'
************



       "Kok kamu diem aja?" tanya Ilham heran. Sejak awal berdiri berhadapan dengan Danita, Danita hanya diam dan menatap kosong ke cakrawala luas.

       "A-aku.." Danita mulai membuka suara.

       Mata Dicky makin membulat, takut jika kata 'iya' keluar dari bibir Danita mengingat sepertinya Danita juga masih mengharapkan Ilham.

       Sekilas Danita menoleh ke arah Dicky yang sedang memandanginya.

       "Aku gak tau, Ham. Aku bingung."

       "Kamu percaya sama aku. Aku benar-benar berubah seperti dulu, bahkan aku udah terima ibu tiriku." ucap Ilham meyakinkan.


       Danita tercekat.

       "Cuma kamu yang mengerti aku. Aku mohon, Danita." Kata Ilham lalu memegang kedua pundak Danita.

       Dilema. Sekali lagi Danita menoleh pada Dicky. Dicky hanya memalingkan wajahnya.

***********

       Suara ketukan pintu terdengar di depan rumah Eriska. Karena memang keadaan pintu dibiarkan terbuka dan Eriska sedang berada di ruang tamu dengan bukunya, ia mempersilahkan masuk orang yang mengetuk pintu itu.

       "Eriska, kamu lagi belajar ya?" tanya Rangga setelah duduk disamping Eriska.

       "Eh iya, kak. Kakak liat ya aku sentuh huruf apa, nanti kakak baca, benar atau salah."

        “Iya."

       Eriska pun menyentuh setiap huruf braille dan merangkaikan satu persatu. Rangga memperhatikan dengan seksama. Ia nampak senang ketika Eriska menyentuh huruf-huruf yang disusunnya, R-A-N-G-G-A.

       "Kamu tulis namaku?"

       Eriska mengangguk dan tersenyum.

       "Kak, tau gak? Ibuku dapat telpon dari rumah sakit, katanya sudah ada donor mata untukku." ucap Eriska.

       "Aku ikut senang, ya." jawab Rangga. Senyum hambar terkembang di bibirnya yang tipis.

       Eriska masih khidmat dengan raut wajah bahagianya. Tak tahu sama sekali bagaimana pemuda yang ada di sampingnya tengah melukiskan ekspresi yang lain saat ini. Entahlah.

       "Em.. Eris, seandainya kamu udah bisa melihat, dan misalnya wajahku jelek, apa kamu masih mau dekat sama aku?" kata Rangga.

       Pertanyaan yang konyol. Ingin ia tak mengatakan dan menarik ucapannya itu, tapi sudah terlanjur terucap dan pasti akan di jawab juga oleh Eriska.

       "Memang menurut Kak Rangga aku orang yang seperti itu?" Eriska balik bertanya.

       "Ehm, ya engga sih." jawab Rangga menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

       "Aku gak pernah berfikir kalau wajah kakak jelek lantas aku akan tinggalin kakak, yang aku tau aku mau berteman sama kakak karena kakak tulus dan baik sama aku."

       Sejenak suasana hening. Rangga menatap jari-jari Eriska yang menyentuh huruf itu.

       Tak bisa membiarkan suasana dingin berlarut-larut. Rangga lalu memutar otak untuk menemukan topik pembicaraan. Eriska, gadis yang penuh kehangatan. Tak ingin memberikan suasana sunyi untuknya di saat kegelapan mata sudah cukup membuatnya sunyi.

       Dua jam berlalu. Rangga lalu mengucap pamit dan pergi dari rumah Eriska setelah mengobrol sekian lama.
       "Eriskaaa!" panggil Dicky dari luar dan langsung masuk ke dalam rumah Eriska setelah beberapa lama kepergian Rangga.

       Dicky membantingkan tubuhnya di sofa disamping Eriska. Karena hantaman tubuh Dicky di sofa, Eriska tersentak kecil.

       "Kamu tuh kenapa sih, Dick? Dateng-dateng, duduk ngagetin aku." kata Eriska.

       "Aku lagi kesal nih." jawab Dicky sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

       "Kamu kan habis dari taman, kesal kenapa?"

       "Danita." jawab Dicky singkat.

       Kenapa lagi dengan Danita? Beragam ungkapan Dicky ceritakan padanya tentang Danita, senang, sedih, ceria, kesal, semua ia ceritakan.

       "Kamu kenapa lagi sama dia?" tanya Eriska yang tak puas dengan jawaban singkat Dicky.

       "Ilham." jawab Dicky. Meskipun Eriska tak selalu memberikan solusi untuknya, tapi setidaknya Dicky selalu nyaman menceritakan uneg-unegnya pada Eriska dengan sosoknya yang tak banyak bicara.

       "Siapa lagi dia? Kamu ngomong satu kata satu kata begitu aku gak ngerti." ujar Eriska mulai kesal.

    "Ilham minta baikan sama Danita. Kesal.. kesal.. kesal..!" kata Dicky sambil memukuli dudukan sofa. Tak sengaja tangannya menyentuh sesuatu di sofa, sebuah kertas.

    "Apa salahnya sih Ilham itu baikan sama Danita, cuma berteman kan gapapa." Eriska menyarankan.

       Sementara Dicky fokus dan penasaran dengan kertas yang ia temukan, saran Eriska pun tak ia dengarkan.

    "Ini surat apa ya? Surat kamu?" tanya Dicky membolak balik kertas yang terlipat rapi di tangannya.

       "Surat? Aku gak tau kalo ada surat disitu."

       "Aku buka ya."

       "Jangan, mungkin itu punya Kak Rangga tadi ketinggalan. Kamu gak sopan kalo baca-baca surat orang."

       "Kamu selalu cerita tentang yang namanya Rangga, dan buku itu juga dari Rangga, tapi kok aku gak pernah lihat dia."

       Dicky tetap bersihkukuh membuka lipatan kertas tersebut.
       "Ck! Dicky!" geram Eriska.

       "Surat Persetujuan Donor Mata." Dicky membaca kop surat tersebut, "Oleh Rangga Moela." Dicky memperkecil suaranya lalu melirik Eriska. Eriska membulatkan matanya, wajahnya bengong.

       Banyak pertanyaan merasuki otak Eriska. Persetujuan donor mata? Rangga? Apa Rangga ingin mendonorkan matanya? Jadi rumah sakit yang menelpon ibu dan mengatakan sudah mendapat donor itu, Rangga?

       "Oh, aku tau sekarang." Dicky terlihat sumringah, tapi Eriska hanya bengong dan masih bergelut dengan pikirannya sendiri.

       “Ciee, Eris.. 2 bulan kenal ternyata.." kata-katanya menggatung, Dicky terus saja menggoda Eriska.

       Dan Eriska masih senyap.

*************
Bersambung ke part 8

2 komentar:

  1. part ini singkat banget,tapi juga bikin PENASARAN.
    "Ku tak ingin bila harus memilih yang terbaik diantara kau dan dia.Dan kutak bisa bila terus begini terperangkap dalam sebuah DILEMA"
    itu lagu pas banget buat gambarin danita saat ini.
    apa mungkin ka rangga yg donor mata buat eriska?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih,,, part emang nggk konsisten,, kadang panjang kadang pendek... tunggu aja part selanjutnya.. met berpenasaran2 ria... hoho

      Hapus