Tittle:Cinta 18 Hari (Special Story)
Genre:Roman,Drama (Family,Friendship)
Author:Alfiyah Setiawan with Auryn Saenandra
Rating:Teenager
Cast:
- Muhammad Ilham
Fauzi Effendi (Ilham)
- Muhammad Reza
Anugrah Effendi (Reza)
- Sarwendah Tan
(Wenda)
- Dicky Muhammad
Prasetya (Dicky)
***************
Kupilih
setelah kemeja merah dengan jeans hitam sebagai busana dinnerku malam ini. Wenda suka dengan warna merah, itu yang
kutahu. Kulakukan semua dengan detil, dimulai dari menyisir rambut, memilih jam
tangan, hingga mengeluarkan motor dari garasi. Rasanya seperti akan menjalani
malam terakhir. Menegangkan!
***************
Berbekal
motor bebek andalanku, aku sampai di rumah Wenda kurang dari jam tujuh. Wenda
telah berdiri di depan pagar dengan long dress merah jambu membalut tubuhnya.
“Enggak
terlambat,kan?” Tanyaku.
“Enggak kok, cuma gue aja yang terlalu rajin,”
Balas Wenda sambil tersenyum. Aku membalasnya senyumnya lalu memberikan helm
kepada Wenda yang langsung dipakainya.
Perjalanan
kami dimulai dengan pergi ke sebuah restoran bernuansa tradisional. Tiap meja
dipisahkan oleh sekat yang terbuat dari bambu. Gemericik air mancur menjadi
soundtrack dinner kami malam itu.
Hanya
dentingan sendok dan piring mengisi udara. Aku dan Wenda sama-sama hening. Aku
takut membuka obrolan dengannya. Takut topikku nggak nyambung dengannya. Aku
gugup. Jika sudah begini, aku hanya bisa berharap Wenda yang akan memulai
pembicaraan.
“Mulai besok,
berarti kita sudah putus ‘kan?” Wenda bersuara.
Nafasku
tertahan. Kenapa obrolan ini?!
“Iya....”
jawabku.
“Jadi, mulai
besok, kamu nggak perlu susah-susah njemput aku lagi.”
“He’em.”
Kuhirup
vanilla delight dari gelasku. Tegukkan terakhir, kukumpulkan keberanianku untuk
bertanya pada Wenda.
“Kamu punya
gebetan, Wen?”
Wenda menoleh
padaku.
“M-maksudku,
dari awal kita jadian, kamu selalu minta putus. Apa kamu sudah punya orang lain
di luar sana?”
“Awalnya
enggak. Tapi, sekarang iya.”
Kuhentikan aksi
interogasiku pada Wenda karena kulihat dia telah meraih tas tangannya dan
bersiap mengakhiri dinner. Baiklah, sudah saatnya diakhiri, Ham.
“Makasih buat
semuanya, Wen. 18 hari yang penuh makna dari kamu. Nggak bakalan aku lupain.”
“Ya. Oh, iya.
Loe nggak usah nganterin gue ke rumah. Anterin gue ke taman kayak biasanya aja.
Gue ada perlu.” Kata Wenda. Ia mulai menggunakan loe-gue denganku.
Wenda meraih
helm dari kemudiku seperti biasa. Ia naik ke jok sepedaku, mungkin untuk yang
terakhir. Kulajukan motorku menujun taman kota. Sengaja kuperlambat
kecepatannya. Seenggaknya, waktuku dengan Wenda akan bertambah lama. Entah siapa
yang akan Wenda temui malam-malam begini di taman kota.
“Thanks, Ham!”
kata Wenda singkat begitu kami sampai di depan pagar taman. Wenda menyerahkan
helmku dengan lembut, seperti biasa. Tanpa banyak basa basi, ia lalu masuk ke
dalam taman. Meninggalkanku yang bahkan nggak sempat mengucapkan salam perpisahan.
Aku bukan
cowok cupu. Aku bukan cowok pengecut. Semua semangat dari Kak Reza terngiang di
telingaku. Hingga larut malam aku tetap menunggu Wenda di depan pagar taman. Aku
bersandar pada motorku dan satu-satu menghitung dalam hati. Kapan Wenda keluar?
Aku tidak
ingin memberikan perpisahan yang buruk. Aku cuma ingin pamit padanya. Kutunggu saja
dia hingga dia selesai dengan urusannya di dalam taman. Sekali lagi kutahan
rasa penasaranku tentang siapa yang Wenda temui di dalam taman. Aku memang
melihat bayangannya. Bayangan Wenda tengah duduk bersanding dengan seorang
cowok berjaket kulit di bangku taman. Tapi aku tidak tahu itu siapa. Mungkin
benar, itu gebetannya.
Tiba-tiba
kudengar suara langkah kaki mendekat ke arahku. Aku tersadar dari lamunanku.
“Wen, kamu
udah selesai. Aku cuma mau ngomong ke kamu kalau....”
Kalimatku
terhenti. Lidahku terkunci. Aku tertegun begitu tahu siapa cowok yang sedari
tadi berdua dengan Wenda.
“Loe belum
pulang, Ham?” tanya Wenda panik.
“Kak Reza?”
Kak Reza
menggigit bibirnya. Mungkin bingung dengan apa yang harus ia katakan padaku. Kakakku,
bersama gadis idamanku.
“Gue udah
bilang ‘kan, Ham! Loe pulang aja!” kata Wenda lagi.
“Jadi,
gebetan yang selama ini loe sembunyiin dari gue adalah Kak Reza?”
“Ham, gue
nggak ada maksud. Ini semua terjadi begitu aja.” Kak Reza mulai bersuara.
Aku tidak
berani menatapnya. Aku bahkan tidak berani menarik nafas. Rasanya mati rasa.
“Sorry, Ham!
Gue nggak bisa ngebohongin perasaan gue. Gue suka sama kakak loe.” sahut Wenda.
“Gue nggak
mau ikut campur urusan kalian berdua. Mending gue pergi, kalian bicarakan dulu
masalah kalian sampe selesai.” Kata Kak Reza. Ia lalu melangkah menuju mobilnya
yang terpakir di seberang jalan.
Pikiranku masih
kosong. Mataku mengikuti gerak langkah kaki Kak Reza yang pergi meninggalkanku
berdua dengan Wenda. Sepersekian detik, kulihat silau cahaya dari kejauhan. Putih
dan cepat. Kakiku refleks meloncat ke tengah jalan. Mendorong Kak Reza yang
berjalan pelan. Kulihat tubuhnya terguling ke trotoar. Sejurus kemudian tubuhku
dihempas bemper depan mobil. Aku terpental ke aspal berkali-kali. Aku berhenti
terguling begitu tubuhku menghantam pembatas jalan.
Jangan tanya
apa yang kuingat. Aku hanya ingat teriakan Kak Reza dan jeritan Wenda yang
melengking. Ck! Aku lupa pamitan sama Wenda.
**************
“Ham! Sadar!
Ilhaaammm!!!”
“Berengsek! Kalo
loe nggak becus ngendarain mobil, nggak usah bawa mobil! Bangsat!”
“Hubungi
ambulans, Kak! Ambulans!”
**************
Aku capek,
Ma. Aku capek dimarahi papa. Aku ingin pulang ke pangkuan Mama.
The End
Dalam angan kosong dibalut kerinduan,aku mulai bertanya…Akankah
yg kupikir kan kembali di kenyataan? - @AlfiyahD_Atika
Percaya atau tidak. Sampai saat inipun aku masih mencintaimu.
Mencintaimu sesempurna mungkin yang kubisa. Alasannya? Mungkin karena hanya kau
satu-satunya orang yang bisa membuatku tak bisa berhenti tersenyum, walau
kadang menangis. - @AlfiyahD_Atika
Itu Kak Ilham-nya meninggal yak? :(
BalasHapusSedih banget.. Nangis nih...
BalasHapusMakasih udh post cerbung aku,walau ending aslinya Ilham enggak mati tapi tetap gak dapat Wenda
BalasHapushehe... :)
Hapusaku udah ngirim email kan ke kamu... aku pengen ngubah endingnya,,, soalnya kalau endingnya happy, itu terlalu biasa... jadi aku ubah, biar makin greget...
Kalau mau ngirim cerbung lagi, ditunggu kok...
Sedih bngt blh gak ku post d fb ttp kok dgn nm km penulis nya
BalasHapusBoleh... silakan... :)
HapusNama penulisnya udah ada di atas yaaa....
nangis baca cerita'a ..... tulus bgt kyk'a bg iam syang'a mha bg eja :(
BalasHapus