Title:Bisma’s Diary (Catatan
Hati Seorang Bisma)
Author : Nadya Dwi
Indah
Editor : @ariek_andini
Cast : Bisma
karisma
Shavana Adinda Putri
Rafael Tan
Ilham Fauzie
Handi Winata
Genre : Sad_Frindship_Romantic
Satu lagi Cerbung yang
masuk ke redaksi. Happy reading! J
Bisma’s
Diary(Catatan pertama)
--------------------------------------------------------
Bagaimana caranya
mengutarakan ini padanya, jika setiap kali ku ingin membahasnya Kau selalu
menyentakkank dengan kata-kata yang tak penting, tidakkah Kau dapat merasakan
jeritan Kalbu yang selalu merindukanmu? Kapan Kau akan peka, sehingga dengan
mudah Aku dapat menyentuh hatimu. Sungguh Aku mencintaimu, kapan takdir
berpihak padaKu.
28 Apr
2011
Bisma menghentikan aktivitasnya menulis Diary.
Sesaat dia meremas kepalanya yang terasa pening. Kepalanya seperti mau pecah, rasa
itu selalu muncul disaat yang tidak tepat, bukan hanya di rumah di sekolah, di taman
sampai di saat memulai pelajaran pun rasa sakit itu muncul dan semakin menyiksa.
“Bis, kamu ngapain
didalem??”teriak Bunda dari luar pintu kamarnya. Makan
siang telah siap. Sejenak bimbang antara segera menemui Bundanya di bawah, atau
menenangkan nyeri di kepalanya.
Bisma mengerjapkan matanya. Tiba-tiba
rasa sakit itu telah lenyap, iya lenyap hanya sesaat setelah itu akan kembali muncul secara
tiba-tiba.
“Iya Ma, bentar
lagi.. tanggung nih.” Sahut Bisma melangkah menuju kamar mandi, Ia
mencuci mukanya, termasuk keningnya yang penuh dengan keringat.
“Kenapa baru keluar, ngapain
aja sih di dalem?”sapa Bunda saat Bisma
melintas.
“Biasa, tugas....” sahut Bisma meraih
piring yang sudah disediakan Bundanya. “Bunda, kapan undang
Shavana kesini? Perasaan nggak pernah lagi tuh anak kesini? Undang lagi,
dong...” ucap Bisma menyendok nasinya.
“Iya, nanti Bunda telponin
Vana sama Ilham deh, itu kan mau kamu?”
Bisma mengangguk. Kembali menyendok nasinya,
sesaat kemudian Ia berhenti mengunyah, perutnya terasa mual, secepat kilat Ia
berlari menuju kamar mandi, mengeluarkan semua isi dalam perut yang baru saja masuk.
“Bisma?!!” pekik Bunda melihat Bisma
berlari ke kamar mandi. Pintu kamar mandi dikunci dari dalam. Dia semakin
panik, “Bisma! Kamu kenapa?!!”
Tak ada sahutan. Suara air mengucur
dari keran. Berkali-kali dia menggedor pintu. Hingga kemudian kenop pintu
bergerak. Pintu pelan terbuka. Bisma keluar dengan wajah sayu. Dia tersenyum.
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri,
tadi abis ngapain?”
“Eng..enggak apa-apa kok, tadi
mual, jadi muntah, deh...”
“Kamu ini,kebiasaan
banget,yaudah sana lanjut makannya.”
#####
Jika hari ini
memang hari terakhirku, Aku rela Tuhan.. tapimijinkan dulu kukatakan cinta padanya,
sungguh Aku mencintai dia. Gadis cantik yang selalu menemani mimpi-mimpiku, Dia
sahabat terbaikku sendiri.
29 Apr
‘11
“Bis, loe nggak ke kantin?” Shavana gadis
cantik idaman hati Bisma, duduk di samping Bisma, tapi matanya justru menatap pria
bertubuh jangkung dengan mata sipit yang sibuk mengoper bola kesana-kemari di
lapangan basket.
“Loe lihatin apaan sih? Perasaan loe nanya ke
gue, tapi kenapa matanya lihat kelapangan basket. Heran!” Bisma memasukkan buku
kecilnya kedalam tas hendak beranjak pergi.
“Eeh! Tunggu..!! Loe jangan marah dong,
gue nanya serius tau sama loe.” Shavana menarik lengan Bisma mencoba menahan
langkah pemuda itu.
“Gue mau ke kantin sekarang, mau ketemu
Ilham, loe temuin aja sana kapten basket si Rafael itu,” Bisma menghempaskan
tangan Shavana beranjak pergi.
Rasa sakit ini jauh lebih sakit dari penyakit
manapun, Aku mencintaimu kapankah kamu mau mengerti, kapan kamu mau peka?
Bisma menaruh tasnya di atas meja, Ia hanya memesan
air putih saja, mata dan wajahnya memerah menahan amarah. Hiruk pikuk suasana
kantin ia acuhkan.
“Bis, ada apa nih loe telpon gue?” Ilham
menduduki kursi di samping Bisma.
“Gue kesel sama Vana, kapan sih dia mau peka.
Rafael terus yang jadi incerannya, bete gue!!
Males denger ocehannya soal tuh cowok terus.”
“Loe cemburu?”tanya Ilham berpura-pura
tidak tau, padahal hampir tiap kali Bisma selalu bercerita soal perasaannya
pada Shavana.
“Halaah...! loe kan udah tau perasaan gue,
Ham, jangan belaga nggak ngerti kek,”
“Iye deh,sorry
bercanda,yaudah terus mau loe apaan?”
“Gue pengen nembak
Vana,tapi...”Bisma menggantung ucapannya.
“Kenapa? Loe malu,atau
takut ditolak, hah?”
“Nggak! Gue nggak tau
caranya.”
“Yaelah, Bis,tinggal
bilang aja Vana I Love You, gitu aja
repot amat.”
“Tapi kalau di...” kembali Bisma
menghentikan kalimatnya, rasa sakit itu muncul lagi, lebih sakit dari
biasanya, Bisma semakin meremas kepalanya dengan kuat.
“Bis,loe kenapa?”tanya
Ilham bingung.
“Kepala gue.........” Bisma tak dapat lagi menahan
rasa sakitnya, Ia jatuh tersungkur dibawah meja kantin, ia pingsan.
“BISMA!!!”
#################
“Argh..” Bisma mengerang
pelan. Ilham menoleh sesaat memperhatikan wajah
sahabatnya ini, Ia ingin bangkit memanggil
dokter namun tangan Bisma segera
menghentikan langkah kakinya,
“Bis, loe udah sadar? Gue
mau panggil dokter.” ucap Ilham sumringah, wajahnya
yang tadinya memucat kini berubah ceria.
“Nggak perlu panggil
dokter, gue mau pulang aja.” Bisma hendak
bangun dari tempat tidurnya, namun kepalanya
masih terasa pening.
“Loe jangan banyak
bergerak dulu, gue panggil dokter dan loe
nggak boleh nolak.”tegas Ilham. Tanpa menunggu
persetujuan dari Bisma,Ilham lalu berlari
keluar ruangan memanggil dokter.
Diiringi seorang perawat, dokter
muda berperawakan jangkung memasuki ruangan
dimana Bisma dirawat. Ia segera melakukan
pemeriksaan pendek untuk memastikan kondisi
Bisma.
“Saya belum dapat
memastikan apa-apa, hasil laboratorium akan
keluar nanti sore, jadi nanti Kita akan
lihat hasilnya sama-sama.” Ucap dokter
berperawakan jangkung itu seraya menggulung
stetoskopnya.
“Lalu apakah Saya
boleh pulang hari ini?” tanya Bisma tiba-tiba.
“Kondisi
kamu belum terlalu stabil, nanti sore
saja setelah hasil Lab keluar, kamu pun
boleh pulang.”
“Tapi saya ingin
pulang sekarang, Dok?”
“Bis, jangan bantah apa
yang diucapkan dokter, lebih baik kamu
istirahat saja dulu disini, soal mama loe
ntar jadi urusan gue, deh.”
Bisma mengalihkan matanya. Raut resah
terlukis di wajahnya. Sangat tidak nyaman. Segala hal yang tercium di rumah
sakit ini membuatnya merasa tidak nyaman. Bau obat dan hening. Dia ingin pulang
ke rumah.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Gadis berambut pirang
ini tak dapat membendung keperihan hatinya, baru
tadi pagi Ia berbincang dengan Bisma
dan sekarang ia mendapat kabar kalau
sahabatnya itu tengah terbaring di salah
satu ranjang rumah sakit. Dengan pikiran
yang tak menentu, Shavana terus berlari
menuju rumah sakit.
Dengan nafas memburu
tak beraturan, langkah kaki Shavana akhirnya
sampai pada titik tujuan. Ia menuju ruang
Kamboja sesuai dengan informasi dari Ilham. Shavana
terdiam sejenak, memperbaiki letak kacamatanya,
lalu memasuki ruang rawat Bisma.
Cklek!!
“Bisma, loe kenapa sih
kenapa bisa begini?” tanya Shavana menatap
wajah Bisma yang pucat.
“Pasti Ilham yang
kasih tau gue di sini, gue nggak apa-apa
kok kata Dokter gue hanya kecapean
dan dehidrasi,” Bisma mencuri pandang wajah
Shavana mencoba melihat apa yang berbeda
dengan gadis cantik itu.
“Loe kenapa liatin
gue kayak gitu?”
“Nggak ada,loe tambah
cantik aja dengan kacamata itu.” Bisma tersenyum
manis. Shavana terdiam baru kali ini Ia
mendapat pujian dari Bisma saat melihatnya
berbeda. Padahal dulu sewaktu Ia mencoba
merubah dirinya Bisma selalu mengatakan ‘jelek’.
“Loe mau gue
kupasin jeruk atau mau makan roti? tadi
gue abis beli di Supermarket.” tawar Shavana
menunjukkan sekerat buah dan beberapa snack.
“Gue mau makan
snack aja,”
“Yaudah! Nih ambil.” Shavana
menyodorkan kue kering untuk Bisma.
“Eeh loe udah disini
Van,nggak mau pulang?” Ilham buru-buru masuk, Ia
mengenakan peci dan baju koko.
“Loe dari mana, Ham?”
“Tadi abis sholat di musholla,
Van! Eh, loe kalau mau balik biar
gue anterin. Mau?” ucap Ilham menawarkan.
“Emm..gue tinggal nggak apa-apa kan, Bis, besok pulang sekolah gue janji bakalan nemenin loe lagi di sini.”
“Nggak apa-apa, nanti
sore gue udah boleh pulang kok,” Bisma
tersenyum.
“Yaudah! gue anter
Shavana balik, loe istirahat deh.” sambung Ilham.
###########
Tidak ada komentar:
Posting Komentar