17 Juli 2013

(Cerbung Ramadhan) "Ustad Keren-keren" / part 1


Judul : Ustad Keren-keren

Author : Andin (@ariek_andini)

Genre : Romantic - Religius

Pemain :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Reza Anugrah
- Pramudina
- Bisma Karisma
- Ilham Fauzi
- Dicky Prasetyo

----------------------------------------------------------------------
keyword : "Cerbung Rangga SMASH 2013" , "Cerbung Eriska Rein 2013" , "Cerbung SMASH 2013" , "Cerbung Religi SMASH 2013"

---------------------------------------------------------------------


> > > > > > >  > > > > > > > >


         Sejenak Eriska menurunkan lengannya. Diremasnya pundak kanannya sambil mendesah. Ditatapnya lagi cendela kaca yang berjajar di sepanjang bangunan Pesantren Al Hikmah. Hanya satu cendela. Masih ada empat cendela lagi yang harus ia bersihkan dari bercak-bercak cat dinding. Tangan kanannya lunglai memegang sebuah cutter. Dilanjutkannya lagi mengelupas bercak cat itu dari kaca satu per satu.

         “Aku sudah ngga tahan lagi, Din. Aku cape.” kata Eriska pada seorang santri putri yang duduk di depannya.

         Dina menatap Eriska dalam diam. Ia tahu sejak awal sahabatnya itu tidak mau nyantri di pesantren. Kedatangannya ke pesantren kecil yang ada di ujung Desa Sukorejo ini tidak lain adalah paksaan orang tuanya.

         Eriska menggigit bibirnya, sementara tangan kirinya meremas lengan kanannya keras-keras. Lelah setelah seharian membersihkan cendela kaca pesantren masih bersarang di tubuhnya.

         Sebenarnya bisa saja Eriska menyudahi pekerjaanya jika ia merasa lelah. Tapi siapa yang berani membantah perintah Kiai Mahmud, pendiri serta pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah? Sekali titahnya terucap, tak satupun santri berani mangkir. Diutus membersihkan kaca cendela pesantren, berarti harus benar-benar membersihkannya sampai rampung.

         Eriska masih tertunduk. Kitab kuning Riyadhus Sholihin terbuka begitu saja di depannya. Dari ratusan santri yang duduk di teras mushalah sore itu, hanya Dina lah yang paham keadaannya sekarang. Keinginannya untuk masuk SMA biasa seperti teman-teman SMP-nya dulu, hanya pada Dina lah ia bercerita. Yang ia inginkan adalah menjadi siswa SMA, bukan santri pendiam seperti ini.

         Bisma, pemuda santun dan takdzim sekaligus ustadz di pesantren itu, memasuki teras mushalah dengan langkah halus. Ia duduk di depan ratusan santri untuk memulai kajian kitab Riyadhus Sholihin.

         “Silakan, Eriska murodh’i (=menterjemahkan) suhuf yang sudah diartikan tadi.” ujar Bisma setelah mengartikan bahasa arab yang ada di kitab kuning satu demi satu. Menyuruh santri untuk mengartikan makna ayat sering dilakukan para ustad, bahkan oleh Kiai Mahmud sendiri untuk melatih keterampilan santri.

         Eriska tidak bergeming. Dia tetap diam seperti semula.

         “Eriska?” ulang Bisma. Eriska tetap menunduk.

         “Eriska...” panggil Dina lirih. Disikutnya Eriska yang duduk di sampingnya.

         Eriska tergagap. Seolah baru terbangun dari alam pikirannya.

         “Tidur?” tanya Bisma.

         Eriska menggigit bibirnya. Rasa takut menyeruak di hatinya. Mendapat teguran demikian dari ustad sudah cukup membuat jantungnya berdegub kencang. Meski tidak memarahi Eriska, tatapan tajam Bisma sudah cukup menyatakan bahwa ia jengkel dengan tingkah Eriska yang tidak menyimak kajiannya.

         Bisma melempar pertanyaannya pada santri lain. Eriska menunduk. Ia risau memikirkan dirinya yang tak juga kerasan berada di persantren kecil ini. Lelah merasakan tubuhnya yang seharian membersihkan kaca cendela sendirian. Dan kini semakin lelah rasanya karena mendapat tatapan tajam ustadnya.

         “Aku kabur saja dari sini, Din.” kata Eriska tiba-tiba. Ia tiduran di kamarnya ditemani Dina.

         Dina hanya menoleh sepintas mendengar celotehan Eriska. Tidak sekali ini saja Eriska bilang ingin kabur dari pesantren. Baginya, Eriska hanya mencoba mengeluarkan kepenatannya saja. Toh jika sudah bilang demikian, Eriska akan kembali seperti semula.

         “Kamu denger ‘kan, Din?” tanya Eriska memastikan.

         “Iya.” jawab Dina pendek.

         “Kali ini aku serius.” tambah Eriska.

         Dina melirik Eriska, “Iya.” jawab Dina lagi.

         Dalam hati Dina terkekeh. Eriska memang selalu serius. Serius ketika dia marah. Lalu lupa dengan’serius’-nya begitu amarahnya reda.

         Dina meraih kain jarik yang tersampir di gantungan. Diletakkanya tubuhnya di atas karpet, lalu tidur dengan berselimutkan kain jarik pemberian ibunya itu. Sayup-sayup telinganya masih mendengar celotehan Eriska yang bersihkeras ingin kabur dari pesantren.

         # # # # # # # # # # # # #

         Seberkas sinar matahari muncul dari celah dedaunan. Embun subuh bergelantungan di semak-semak yang memagari mushalah Pesantren Al Hikmah. Ratusan santri telah disibukkan dengan pelajaran pagi. Kali ini Ustad Ilham, ustad berperawakan kekar dan tegas, mengajar santri pelajaran fiqih.

         Usai kajian pagi, santri-santri bersiap untuk sarapan pagi bersama-sama. Lalu berlanjut dengan sekolah. Rutinitas sederhana yang demikian itu adanya. Rutinitas yang benar-benar rutin. Tepat pada tempatnya, tepat pada waktunya. Tak ada kesempatan untuk mangkir. Hukuman telah menunggu jika sedikit saja terlambat dari jamnya. Apalagi bolos.

         Sarapan pagi satu jam, para santri kini bersiap untuk memperoleh pelajaran umum di Sekolah. Jenjang madrasah, tsanawiyah dan aaliyah telah dimiliki oleh Pesantren Al Hikmah. Ketiga gedung sekolah itu berdiri di tengah komplek pesantren. Selain ustad, beberapa guru mata pelajaran umum juga dipekerjakan di sana.

         Dina menaruh tasnya begitu ia sampai di bangkunya. Tak lama duduk, seorang guru datang ke dalam kelas. Dina mengernyitkan dahinya. Ditatapnya bangku kosong di samping dirinya. Kemana Eriska??

         Ustadzah Wanda mulai mengabsen santri satu per satu. Tiba giliran Eriska dipanggil, tak ada sahutan sama sekali. Dina semakin bingung. Terbesit perkataan Eriska semalam. Mungkinkah Eriska kabur?

         Masih tak habis rasa bingungnya, begitu sampai di kamar usai sepulang sekolah, Dina tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Ustad Reza. Sebenarnya tak masalah ia berhadapan dengan ustad mana. Tapi terkecuali dengan Ustad Reza. Reza merupakan ustad yang khusus menangani masalah ketertiban santri. Dia lah yang menegur santri-santri yang menyeleweng dan memberikan hukuman. Paras wajahnya yang tegas membuatnya ditakuti dan disegani para santri.

         “Boleh ngomong sebentar, Dina?” kata Ustad Reza.

         Alih-alih menjawab. Dina hanya sempat menatap Reza, lalu menundukkan kepala.

         “Subuh tadi Eriska tidak ikut jamaah. Waktu ngaji fiqih pun dia juga absen. Ada laporan dari Ustadzah Wanda bahwa Eriska juga absen di kelas. Memangnya dia kemana?” tanya Reza.

         Dina terdiam.

         “Apa sakit?” lanjut Reza yang tidak puas melihat Dina diam.

         “Ehm, tidak, Ustad.” jawab Dina.

         “Tidak sakit? Lalu kemana?” tanya Reza.

         “Tidak tahu, Ustad.” Jawab Dina.

         Hening. Reza tak lagi melontarkan pertanyaa. Ia beranjak pergi dari hadapan Dina menuju mushalah.

         Dina menghembuskan nafas panjang. Ia paling tidak suka berhadapan dengan ustad satu itu. Dikiranya ia yang akan mendapat teguran, ternyata Eriska yang menjadi alasan kedatangan Reza padanya. Segera Dina masuk ke dalam kamar. Dibukanya lemari pakaian Eriska. Dan...

         Benar saja. Eriska ternyata benar-benar kabur! Tak sehelai pakaianpun terlihat di sana. keseriusan Eriska semalam ternyata bukan bualan. Satu tahun Eriska bertahan di pesantren ini. Agaknya sekarang ia benar-benar tidak tahan dengan suasana pesantren dan kabur ke rumahnya.

         Tak perlu menunggu besok. Dalam hitungan jam, peristiwa menghilangnya Eriska  segera menyeruak ke semua penjuru pesantren. Empat orang ustad diutus Kiai Mahmud untuk berpencar keluar mencari rimba Eriska. Sementara Dina yang dari dulu teman sekamar Eriska dibuat belingsatan dengan pertanyaan-pertanyaan dari temannya.

         Eriska kemana? Ia juga tidak tahu!

---------------------------------------------------------------------

Bersambung ke Part 2 : : : :


4 komentar:

  1. ngebeyangin niech,MS jadi ustadz semuanya hehehehe cerbungnya seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trobosan baru... wkwkwk.......
      #sungkemsamaustad

      Hapus
  2. wach bagus atu,, kalau smash jadi ustadz.. selain keren juga alim

    BalasHapus