18 Juli 2013

(Cerbung Ramadhan) "Ustad Keren-keren" / part 2


Judul : Ustad Keren-keren

Author : Andin (@ariek_andini)

Genre : Romantic - Religius

Pemain :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Reza Anugrah
- Pramudina
- Bisma Karisma
- Ilham Fauzi
- Dicky Prasetyo



         Tak perlu menunggu besok. Dalam hitungan jam, peristiwa menghilangnya Eriska  segera menyeruak ke semua penjuru pesantren. Empat orang ustad diutus Kiai Mahmud untuk berpencar keluar mencari rimba Eriska. Sementara Dina yang dari dulu teman sekamar Eriska dibuat belingsatan dengan pertanyaan-pertanyaan dari temannya.

         Eriska kemana? Ia juga tidak tahu!

         Menjelang maghrib, empat orang ustad itu kembali ke pesantren dengan tangan kosong. Seluruh sudut desa telah ditelusuri. Namun, tidak ditemukan juga batang hidung Eriska.

         Percuma mencarinya di Desa Sukorejo. Eriska kini telah berada di kota di mana rumahnya berada. Setelah turun naik angkutan, Eriska kini sampai di depan gerbang rumahnya. Sama seperti ia sebelum meninggalkan rumahnya, rumah besar itu sepi sunyi seperti tak berpenghuni. Mamanya sekarang pasti sedang mengajar di universitasnya, sementara Papanya pasti sekarang tengah sibuk dengan kolega-koleganya di kantor.

         Eriska menggebrak-gebrak pagar besar itu dengan kedua tangannya. Tak lama setelah itu, muncul Mang Kosasih, tukang kebunnya. Mang Kosasih berlari melihat majikan kecilnya itu berdiri di depan pagar.

         “Neng Eris? Kok di sini, Neng?” tanya Mang Kosasih sambil membuka gembok pagar.

         Eriska tersenyum sumringah. Tak niat ia membalas pertanyaan tukang kebunnya. Ia mengucapkan terima kasih pendek, lalu berlari ke kamar mungilnya di lantai dua.

         Langkah Eriska terhenti begitu ia sampai di depan tangga. Dilihatnya Mamanya berdiri tegap di salah satu anak tangga.

         “Sedang apa kamu di sini?” tegur ibu Eriska.

         Eriska diam menutup bibir.

         “Tidak malu kamu membuat heboh pesantren?”

         “Eris kangen rumah, Ma. Eris ngga mau nyantri lagi.” sergah Eriska.

         “Taruh tasmu. Pergi ke dapur makan malam sama Mama.” ucap Mama Eriska. Seketika Eriska terperangah. Makan malam bersama mamanya, sudah hampir setahun dia tidak melakukan hal itu.

         Hanya di awal Eriska mendapat sambutan dingin dari mamanya. Selanjutnya, Mamanya memanjakannya seperti semula. Usai makan malam, Eriska disuruh tidur di kamarnya. Pagi haripun sarapan telah tersedia di atas meja. Eriska lagi-lagi merasakan hangat keluarganya dengan sarapan pagi bersama. Dan kali ini lengkap, Papanya juga hadir di meja makan.

         Senang dan hangat. Agaknya dua rasa membahagiakan itu hanya bertahan tak lebih dari 24 jam. Sejenak setelah sarapan, Papa Eriska memasukkan tas Eriska ke dalam mobil. Eriska terhenyak.

         “Rapikan kerudungmu. Lalu masuk ke mobil.” perintah Mama Eriska sambil merapikan meja makan.

         “Mau kemana, Ma?” tanya Eriska.

         “Ke pesantren.”

         “Aku ngga mau!” tolak Eriska. Ia melangkahkan kakinya ke kamarnya, tapi keburu dicegah oleh papanya. Keinginan orang tua Eriska untuk menyekolahkan Eriska ke pesantren memang besar. Sekeras apapun Eriska berontak, kedua orang tuanya tak akan mendengarnya.

         Dengan mata berlinangan air mata, Eriska dipaksa masuk ke dalam mobil. Pintu mobil terkunci. Dengan hati merongkol Eriska diantar papanya kembali ke pesantren,

         “Turuti saja kemauan mamamu. Pilihannya untuk memasukkan kamu ke pesantren itu baik.” Kata Papa Eriska sambil mengemudikan mobil. Eriska diam tak bergeming di jok belakang.

         “Papa juga pengen punya anak sholehah.” Lanjut Papa Eriska. Kali ini dengan senyum simpul.

         Kembalinya Eriska ke Pesantren Al Hikmah disambut hangat oleh Kiai Mahmud. Papa Eriska mengucapkan maaf atas tingkah Eriska yang tiba-tiba kabur dari pesantren. Masih dengan hati sesak, Eriska kembali ke dalam kamar asramanya. Dina menyambutnya dengan senyum lebar.

         Tak ada respon hangat dari Eriska. Ia masih memasang wajah kusut semenjak turun dari mobil. Ditatapnya kamar asramanya yang sederhana dengan perabotan seadanya. Sungguh jauh berbeda dengan kamarnya yang serba mewah.

         “Sabar, Eris. Pelan-pelan saja. Lama-lama kamu juga akan kerasan di sini.” Bujuk Dina.

         “Mama-papaku saja tidak mengerti aku. Rasanya aku tidak punya siapa-siapa di sini.” Desah Eriska.

         Sunyi.

         Dina dan Eriska sama-sama terdiam. Dina tidak tahu lagi harus bagaimana membujuk Eriska. Setahun di pesantren Eriska tak juga kerasan. Puncaknya ia akhirnya kabur dari pesantren. Lalu setelah ini apa?

         Bisa ditebak, Eriska kini bersiap mendapat hukuman akibat ulahnya yang tiba-tiba kabur dari pesantren. Usai jamaah Dzuhur, Ustad Reza tiba-tiba mendatanginya dan menyuruhnya datang ke ruang ketertiban.

         “Pergi dari pesantren tanpa izin selama satu hari. Jangan diulangi lagi!” kata Ustad Reza tegas, “Kamu harus membersihkan dapur pesantren dan menulis surah Yaasin sebanyak tiga kali. Besok subuh harus sudah dikumpulkan.” lanjutnya.

         Eriska diperbolehkan pergi setelah menandatangi surat pernyataan tidak akan mengulangi ulahnya. Beberapa santri melihati Eriska dengan tatapan selidik. Peristiwa kaburnya ia dari pesantren benar-benar menjadi bahan omongan di pesantren.

----------------------------------------------

Bersambung ke Part 3....

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar