18 Juli 2013

(Cerbung Ramadhan) "Ustad Keren-keren" / Part 4


Judul : Ustad Keren-keren

Author : Andin (@ariek_andini)

Genre : Romantic - Religius

Pemain :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Reza Anugrah
- Pramudina
- Bisma Karisma
- Ilham Fauzi
- Dicky Prasetyo

----------------------------------------------------------------------
keyword : "Cerbung Rangga SMASH 2013" , "Cerbung Eriska Rein 2013" , "Cerbung SMASH 2013" , "Cerbung Religi SMASH 2013"

---------------------------------------------------------------------

 # # # # # # # # #

        “Kamu kasih hukuman apa Eriska?” tanya Rangga

         “Ya sesuai peraturan.”

         “Eriska pergi kemana?” tanya Kiai Mahmud pada Dina.

         EH?

         Dina tercekat. Apanya yang Eriska pergi kemana? Bukankah Eriska tidak kemana-mana? Eriska sedang ikut kajian sekarang!

         Dina melirik santri-santri lain yang duduk di sampingnya. Dan, DEG!

         Tidak ia dapati Eriska di sana. Baru ia sadar sejak jamaah subuh tadi, Eriska telah lenyap dari pesantren!


         “Eriska bilang tidak dia akan ke mana?” tanya Kiai Mahmud lagi. Pertanyaan pendek dan singkat, tapi tak satupun mampu dijawab oleh Dina.



         Kajian subuh itu terhenti di tengah jalan. Lagi-lagi seluruh ustad diutus oleh Kiai Mahmud untuk mencari rimba Eriska. Selama Eriska menjadi santri Pesantren Al Hikmah, maka selama itulah proteksi Kiai Mahmud masih ada.

         Dan tidak berbeda dengan kejadian tiga bulan lalu, ustad-ustad kembali menjelang maghrib dengan tangan kosong. Mengaku sudah mencari Eriska di seluruh sudut kota, Eriska masih juga tidak ditemukan. Kiai Mahmud memutuskan menghubungi keluarga Eriska.

         “Orang tua Eriska juga sedang mencari Eriska sekarang. Ternyata dia tidak kabur ke rumahnya. Kita bantu lagi mencari besok pagi.” Ujar Kiai Mahmud usai jamaah Isya pada para Ustad. Usai berkata demikian, Beliau beranjak meninggalkan mushalah.

         “Lumayan lah muter-muter nyari Eriska, lihat es kopyor langsung cabut! Kapan lagi bisa traveling kayak gini?” seloroh Bisma dilanjut tawa khasnya.

         “Dasar bocah gembul! Kesempatan dalam kesempitan!” balas Reza. Ia menyikut Bisma. Rangga yang berdiri di samping mereka hanya melirik sepintas.

         “Eja, kamu ngerasa ngga sih kalo Eriska kabur gara-gara kamu?” Tanya Rangga tiba-tiba. Sontak Reza dan Bisma menghentikan gurauannya.

         “Aku?” kata Reza balik bertanya.

         “Aku merasa hukuman yang kamu kasih ke Eriska itu kelewatan.” Lanjut Rangga.

         “Jadi maksudmu, yang bikin Eriska kabur dari pesantren itu aku?” tanya Reza tegas.

         “Ngga. Heran saja. Ada santri menghilang, tapi kamu masih sempet-sempetnya bercanda.” Tandas Rangga.


         “Woy! Ngomongin apa, sih??!” sahut Bisma keheranan. Dipandanginya kedua temannya yang saling bersihtegang itu.

         Rangga melempar pandangannya. Ia lalu melengos pergi menuju kamarnya.

         “Ada apa, sih? Rangga kenapa?” tanya Bisma lagi.

         “Ngga tahu. Rangga suka Eriska kali.” Jawab Reza enteng.

         Bisma tersentak kaget, “Astaghfirullah, maksudnya, Eriska kabur gara-gara disukai Rangga??”

         “Ngawur kamu!” kata Reza.

         “Tapi tadi kamu kan bilang gitu.” Kata Bisma.

         “Kamu itu pinter ngaji, tapi ngga pinter masalah beginian.” Balas Reza singkat, lalu pergi meninggalkan Bisma yang masih keheranan sendiri.

         Pagi menjelang. Sesuai dengan perintah Kiai Mahmud, pagi itu ustad-ustad bersiap lagi mencari Eriska. Beberapa santri putra pun turut dikerahkan untuk memperbanyak sudut pencarian. Namun tepat sebelum pencarian dimulai, tiba-tiba mobil orang tua Eriska masuk ke halaman depan pesantren. Dengan tergopoh-gopoh, Kiai Mahmud berjalan keluar dari rumahnya.

         Papa Eriska keluar dari pintu kemudi. Diikuti kemudian oleh mama Eriska dan Eriska sendiri dari jok belakang. Kiai Mahmud berdecak lega melihat kemunculan Eriska dari mobil.

         Rangga dan Bisma yang kala itu tengah berdiri di depan gerbang pesantren bersiap mencari Eriska, hanya berdiri tegap melihat kedatangan Eriska. Rasa lega menyembul. Menyusul kemudian muncul rasa penasaran, kenapa Eriska Kabur lagi??

         Eriska kembali ke dalam kamarnya setelah sejam tertahan di hadapan Kiai Mahmud. Orang tua Eriska pulang tak lama setelahnya.

         Eriska menghempaskan tasnya ke lantai begitu sampai di kamar. Tanpa memperhatikan keberadaan Dina, Eriska lalu beringsut tidur di kasurnya.

         “Eris, kamu udah balik?” tegur Dina.

         Eriska tak bergeming.

         “Kamu kenapa kabur lagi? Gara-gara Ustad Reza, ya?” tanya Dina lagi.

         “Cuma kamu orang yang tidak menjengkelkan di sini, Din.” Jawab Eriska pendek. Rona sebal masih tergambar di wajahnya. Marah pada ustadnya yang menghukumnya secara sepihak, marah pada Indah yang tidak mau bertanggungjawab, dan marah pada kedua orang tuanya yang tidak juga mengertinya.

         Menjelang subuh ia mengendap-endap keluar dari pesantren. Eriska berharap setidaknya untuk beberapa hari ia tak ingin ada di pesantren. Eriska langsung menuju rumah kakek-neneknya untuk bersembunyi. Tapi entah bagaimana, kedua orangtuanya tetap saja berhasil menemukannya.

         Kini Eriska kembali ke kamar kecilnya di Asrama Putri Pesantren Al Hikmah. Ia pasrah, entah hukuman macam apa lagi yang akan dia dapat.

         # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #

         “Rangga mana?” tanya Bisma pada Reza yang tengah merapikan buku di kamarnya.

         “Ngga tahu. Ya di kamarnya lah...” jawab Reza.

         “Tidak ada. Barusan aku dari sana. aku pikir dia di kamarmu.” Kata Bisma.

         “Emang kenapa nyariin Rangga?” kata Reza balik bertanya.

         “Ngga tahu. Dicariin Kiai, tuh.” Jawab Bisma sambil berlalu dari hadapan Reza.

         Bisma meneruskan pencariannya di seluruh penjuru pesantren. Hingga kemudian dilihatnya Rangga tengah duduk di bawah pohon mangga di halaman belakang mushalah.

         “Oalah! Aku nyariin kamu sampe ngos-ngosan, taunya di sini. Dicari Kiai kamu!” kata Bisma.

         Rangga mengernyitkan dahinya, “Nyari aku? Ada apa?”

         “Mana aku tahu.” Jawab Bisma singkat.

         Bergegas Rangga menuju kediaman Kiai Mahmud yang berada di tengah komplek pesantren.

         Begitu sampai di halaman Rumah Kiai, dilihatnya Kiai Mahmud tengah duduk di teras depan. Kiai Mahmud langsung menyambut Rangga dengan hangat.

         “Duduk sini! Sudah aku tunggu kamu dari tadi.” Ujar Kiai Mahmud.

         Dengan penuh takdzim Rangga menempatkan dirinya di kursi di hadapan Kiai Mahmud.

         “Fatimah! Nak! Bikinin Abah minum! Ada tamu ini.” Seru Kiai Mahmud. Terdengar jawaban dari Fatimah, putri Kiai Mahmud, dari dalam rumah.

         “Bagaimana kabar kamu?” tanya Kiai Mahmud membuka pembicaraan.

         Rangga terhenyak, “K-kabar baik, Kiai.” Jawab Rangga. Dalam hati ia keheranan. Untuk apa Kiai Mahmud menanyakan kabarnya? Bukankah setiap hari ia bertemu dengannya?

         Terdengar langkah kaki Fatimah dari dalam rumah. Ia membawa segelas teh manis lengkap dengan cemilan keripik sesuai dengan pesanan abahnya.

         “Silakan, Rangga, diminum.” Kata Kiai Mahmud mempersilakan.

         Rangga semakin beku. Kiai Mahmud tiba-tiba memperlakukannya seperti tamu yang datang dari jauh. ADA APA INI?

         “Bagaimana kesan-kesan kamu selama mengajar di pesantren ini?” tanya Kiai Mahmud.

         “Senang, Kiai. Saya senang bisa mengamalkan ilmu saya.” Jawab Rangga.

         “Kamu tahu Eriska, ‘kan?”

         “Iya, tahu, Kiai.”

         “Baru kali ini ada santri seperti dia. Tidak jera pada hukuman. Kabur bolak-balik semaunya. Kalau santri laki-laki Kiai masih maklum. Nah, ini perempuan.” Kata Kiai Mahmud.

         Rangga diam menunduk mendengar curhatan Kiai Mahmud akan Eriska. Agaknya tingkah pola Eriska kini menjadi beban pikiran Kiai Mahmud.

         “Tapi, Kiai kagum dengan keinginan orang tua Eriska yang ingin menyekolahkan Eriska di pesantren. Mereka ingin Eriska itu ngerti agama.” Ujar Kiai Mahmud lagi. Ia mengambil nafas sejenak, “Kita harus mengambil tindakan jika tidak ingin peristiwa kaburnya Eriska itu terulang untuk yang ketiga kalinya. Bahaya jika Eriska terus-terusan mengendap-endap pergi di malam hari. Perempuan kok keluyuran malam-malam. Lagipula, bisa-bisa santri-santri yang lain ikut-ikutan.”

         Rangga khidmat mendengarkan perkataan Kiai Mahmud.

         “Rangga!” panggil Kiai Mahmud.

         “Iya, Kiai?”

         “Kiai mau kamu membantu Kiai.”

         “Iya, Kiai.” Jawab Rangga sambil mengangguk.

         “Berpura-puralah kamu menyukai Eriska. Kamu perhatikan dia dengan kasih sayang. Kamu perlakukan dia dengan lembut.”

         HAH ???

         Rangga tersentak, “Maksudnya, Kiai?”

         “Kiai mau kamu membuat Eriska kerasan di sini. Buat dia memiliki seseorang yang dia cintai. Sehingga dia tidak kabur-kabur lagi. Cuma berpura-pura kok. Cuma dua tahun. Setelah itu Eriska lulus dari sini.”

          ?????

---------------------------------------------

Bersambung ke Part 5.

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar