20 Juli 2013

(Cerbung Ramadhan) "Ustad Keren-keren" / Part 5


Judul : Ustad Keren-keren

Author : Andin (@ariek_andini) / Admin4

Genre : Romantic - Religius

Pemain :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Reza Anugrah
- Pramudina
- Bisma Karisma
- Ilham Fauzi
- Dicky Prasetyo



         “Baru kali ini ada santri seperti dia. Tidak jera pada hukuman. Kabur bolak-balik semaunya. Kalau santri laki-laki Kiai masih maklum. Nah, ini perempuan.” Kata Kiai Mahmud.
  “Rangga!” panggil Kiai Mahmud.

          "Rangga..."

         “Iya, Kiai?”

         “Kiai mau kamu membantu Kiai.”

         “Iya, Kiai.” Jawab Rangga sambil mengangguk.

         “Berpura-puralah kamu menyukai Eriska. Kamu perhatikan dia dengan kasih sayang. Kamu perlakukan dia dengan lembut.”

         HAH ???

         Rangga tersentak, “Maksudnya, Kiai?”

         “Kiai mau kamu membuat Eriska kerasan di sini. Buat dia memiliki seseorang yang dia cintai. Sehingga dia tidak kabur-kabur lagi. Cuma berpura-pura kok. Cuma dua tahun. Setelah itu Eriska lulus dari sini.”

         Rangga membulatkan matanya lebar-lebar. Mencoba mencerna perkataan Kiai Mahmud satu per satu.

         “Demi dakwah, Rangga. Demi Al Islam. Kita harus membantu niat baik orang tua Eriska yang ingin membuat Eriska jadi gadis sholehah. Niati hati kamu untuk ibadah. Kamu ngerti kan maksud Kiai? Toh kamu ini sudah dewasa.”

         Rangga diam. Dirasakannya seluruh panca indranya mati rasa.

         “Rangga?”

         “I-iya, Kiai.”

         “Cuma kamu ustad di pesantren ini yang Kiai percaya untuk masalah seperti ini. Reza orangnya terlalu keras dan kaku, sementara Bisma masih terlalu muda untuk tugas semacam ini.” Jelas Kiai Mahmud.

         Rangga melipat lidahnya. Berusaha keras menahan jutaan kata yang ingin ia ucapkan saat itu juga.

         Kiai Mahmud tersenyum lebar. Akhirnya ditemukannya juga solusi yang ampuh untuk mengatasi Eriska. Dipandanginya pemuda setinggi 170 cm yang duduk di depannya itu dengan teduh. Selama ini ia mengenal Rangga sebagai pemuda yang patuh dan cukup pendiam. Ikatan saudara lah yang membuatnya berani meminta Rangga untuk mengemban tugas itu.

         Rangga mohon diri tak berapa lama kemudian. setengah jam ia duduk berhadapan dengan Kiai Mahmud. Rangga merasa persendian kakinya sudah tidak mampu lagi berdiri. Dikiranya Kiai Mahmud akan memintanya melakukan apa, ternyata....


         Rangga menghempaskan badannya di kasurnya begitu ia sampai di kamar. Jam menunjukkan pukul dua siang. Setengah jam lagi ia harus mengkumandangkan adzan ashar di mushalah. Tapi entahlah, ia tidak sedang berminat.

         Dipandanginya kalender yang tergantung di dinding kamarnya. Kalender tahunan yang diproduksi oleh Pesantren Al Hikmah. Tergambar jelas lingkungan pesantren Al Hikmah di kalender itu. Termasuk Kiai dan seluruh santri. Tak terkecuali Fatimah, putri bungsu Kiai Mahmud. Gadis bermata jeli dan berkulit putih cerah.

         Tak pahamkah Kiai Mahmud bahwa Fatimah lah yang selama ini Rangga cintai?

         Rangga mendesah. Innamal a’malu bin niat... cuplikan hadis itu terus saja bergaung di telinganya. Berdakwah! Lalu mengorbankan perasaannya?

         Rangga tenggelam dalam alam pikirannya yang carut-marut. Tanpa ia sadari tiba-tiba ia terlelap dalam tidurnya.

         # # # # # # # # # # # # # # # # # #

         Matahari bergeser ke ufuk barat. Menimbulkan bayang abu-abu di setiap benda yang bertumakninah. Nampak Rangga keluar dari mushalah Pesantren Al Hikmah dengan baju takwa putihnya. Baru saja ia menunaikan shalat ashar. Hanya dia yang berada di mushalah sore itu. Terang saja, santri-santri telah melakukan jamaah sejam lalu. Rangga terpaksa melaksanakan sholat secara munfarid karen tak sengaja ketiduran.

         Saat hendak berjalan menuju asrama putra, dilihatnya Reza tengah bicara dengan Eriska di halaman depan mushalah. Rangga mengernyitkan dahinya. Ia nampak berpikir sebentar, lalu menghampiri Eriska yang tertunduk di depan Reza.


         “Belum, Ustad.”

         “Kalau punya kewajiban itu segera ditunaikan. Jangan malah nambah masalah baru.”

         “Maaf, Ustad.”

         “Aku tunggu kamu mengumpulkan hukuman besok subuh.”

         “Hukumannya tidak usah dikumpulkan. Hukumannya sudah tidak ada.” sahut Rangga tiba-tiba. Sontak Eriska dan Reza menoleh ke arahnya.

         Eriska menatap Rangga dengan tatapan heran.

         “Maksud kamu apa?” tanya Reza tidak terima. Ia menatap tajam ke arah Rangga.

         “Eriska silakan kembali ke asrama putri. Istirahat, ya.” Ujar Rangga. Ia mendekatkan badannya ke arah Eriska.

         Eriska mengatupkan bibirnya. Ia mentap Rangga penuh tanda tanya.

         “Ayo, tidak apa-apa.” Ujar Rangga lagi menyilakkan Eriska.

         “Rangga!” panggil Reza mencoba mencegah.

         Rangga terus menatap Eriska berusaha meyakinkannya bahwa hukumannya benar-benar telah dihapuskan. Sejenak kemudian Eriska mulai berani melangkahkan kakinya. Ia berjalan membelakangi Reza menuju asrama putri.

         Reza tercengang. Belum habis ia memikirkan tindak tanduk Eriska yang berani meninggalkannya, tiba-tiba Rangga turut pergi dari hadapannya.

         “Woy, Rangga! Maksud kamu apa?” teriak Reza.

         “Ngga maksud apa-apa. Hanya saja, kamu terlalu tegas sama santri.” Jawab Rangga enteng. Ia tetap berjalan tanpa menoleh ke arah Reza.

         “Kamu pikir aku sewenang-wenang? Ini sudah sesuai aturan, Ngga!” balas Reza. Sedikit emosinya mulai tersulut.

         Rangga menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Reza, “Kamu masih tidak merasa bahwa yang menyebabkan Eriska kabur itu adalah kamu, ya? Aturan adalah aturan. Jangan campur adukkan dengan kekuasaan.”

         Reza tercekat.

         “Reza, aku ngga akan begini jika kamu ngga memulai.”

         “Ck! Tidak usah berbelit-belit. Bilang saja kalau kamu suka Eriska!” bentak Reza.

         “Iya, aku suka Eriska!”

         Eh?

         Reza membuka matanya lebar-lebar begitu mendengar jawaban Rangga yang tegas dan tanpa keraguan. Sepintas meliriknya, Rangga lalu berlalu dari hadapannya. Kali ini ia tidak berani menghentikan Rangga.

         Rangga menyukai Eriska? Kenapa bisa??

-------------------------------------

Bersambung ke part 6...


Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar