5 November 2013

(Cerbung SMASH) "Menatap Flamboyan" / part 2

Judul : Menatap Flamboyan
Author : Fitri Fauziya
Genre : Romantic
Cover : @ariek_andini
Cast :
- Rangga Moela
- Eriska Rein
- Dicky Prasetyo
- Danita 'Princess'

**************

       Seperti orang normal lainnya, Eriska begitu hafal dengan letak dan jarak dari taman ke rumahnya dan begitu juga sebaliknya. Ia berjalan dalam tuntunan tongkat. Sementara seorang pemuda tegap berbalut kemeja biru, mengikutinya dari belakang.

       Beberapa menit berlalu, Eriska dan Rangga sampai di depan sebuah rumah dengan cat berwarna krem. Eriska meraba pagar besi setinggi lehernya lalu membukanya dengan percaya diri.

       Awalnya Rangga ragu pada Eriska yang masuk dengan santai ke halaman rumah itu.

       "Duduk, kak." kata Eriska mempersilahkan Rangga duduk di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu diteras rumahnya.

       "Assalamu'alaikum.. Eris, kamu sudah pulang, nak." seru ibu Eriska baru datang dengan membawa sekeranjang sayur-sayuran.

       Ibu Eriska menarik Eriska pelan-pelan agar mendekat padanya ketika melihat Rangga yang sedang duduk.

       "Eris, dia siapa? Ibu tidak suka kalau kamu ngobrol sama orang asing." kata ibu Eriska agak berbisik. Belum sempat Eriska menjawab, tiba-tiba Rangga menyahut pertanyaan ibu Eriska.

       "Maaf, tante. Saya Rangga, saya bukan orang jahat kok. Saya tadi tidak sengaja ketemu Eriska. Saya cuma ingin berteman dengan Eriska." kata Rangga ramah sambil beranjak dari duduknya.

       Ibu Eriska membalasnya dengan tersenyum tipis. Dari penampilannya, Rangga memang terlihat sopan dengan baju kemeja rapi dan celana jeans hitam, seperti pemuda baik-baik dan seorang mahasiswa pada umumnya. Tapi ibu Eriska tetap merasa khawatir kalau kalau seperti yang sudah-sudah, beberapa pemuda seumuran Rangga yang belum mengenal Eriska selalu menghinanya.

       "Jadi ibu gak usah khawatir, ya." tambah Eriska meyakinkan.


       "Ya sudah, ibu masuk dulu." kata ibu Eriska mengelus pundak Eriska. Sejenak ia mengamati Rangga, ia lalu pergi.

                                          ******

       Di tempat berbeda, nampak Dicky tengah mengendarai sepeda anginnya menyusuri jalan setapak. Beberapa tangkai bunga plastik digulung kertas koran ia letakkan di atas kemudi dengan diikat tali. Dicky bersiul kecil.

       Sedang Dicky mengayuh sepedanya, tiba-tiba seorang gadis berseragam putih abu-abu berlari terburu-buru membelah jalan. Dicky terkejut. Ia oleng. Setengah mati ia berusaha mengerem sepedanya menghindari gadis itu.

       "Maaf, maaf.. Aku gak sengaja." kata gadis itu dengan nafas tersengal-sengal. Ia berjalan mundur. Tanpa ia sadar ia menginjak ikatan bunga yang terjatuh dari sepeda Dicky.

       Dicky mendengus. Ia membungkuk dan menyabet bunga itu dari kaki gadis berseragam putih abu-abu itu.

       "Maaf banget, ya! Nanti bunganya aku ganti!" Kata gadis itu lagi. "Emm, kamu tunggu disini dulu." perintah Gadis itu. Ia lalu berbalik badan dan bersembunyi di balik tanaman pagar.

       Dicky menganga. Ia bingung antara kesal dan keheranan melihat tingkah gadis itu.

       Sekian menit berlalu. Dicky hanya sempat mengamati gadis bernama Danita itu dalam diam. Tanpa ia duga, tiba-tiba Danita keluar dari balik tanaman pagar dan berlari ke arahnya.

       "Ayo kita ke toko bunga, biar aku beliin yang baru." kata Danita sambil menarik tangan Dicky namun Dicky masih belum bergerak dari posisinya.

       "Kenapa tadi kamu ngumpet?" tanya Dicky, Danita hanya menggeleng kepala.

       "Eh, tunggu. Pipi kamu merah banget." kata Dicky mengamati rona merah di  pipi Danita. Danita hanya menunduk dan berusaha menyembunyikan pipinya.

       "Ayo.!!" ajak Dicky sambil menarik tangan Danita untuk duduk di bangku halte tak jauh dari sana.

       "Tunggu disini, ya." kata Dicky. Ia berjalan cepat menuju sebuah minimarket.

       Tak lama berselang, Dicky muncul dengan sebotol mineral di tangannya. Dihampirinya Danita. Dikucurkannya air mineral itu ke sebuah sapu tangan lalu mengusapkannya ke pipi Danita.

       "Aww.." rintih Danita reflek.
       
       "Pipi kamu kenapa kok sampai merah begini?" tanya Dicky.

       "Gak apa-apa." jawab Danita singkat. Dicky pun tak ingin bertanya terlalu dalam lagi mengingat mereka belum kenal lebih jauh.

       "Gak nyangka ya, kita bisa ketemu lagi." kata Dicky tiba-tiba, Danita hanya mengangguk sambil tersenyum.

       "Sekarang kamu sekolah dimana?"

       "Di SMA Bakti Kencana, tau kan?"

       "Ya, aku tau."

       "Yasudah yuk, kita ke toko bunga saja." kata Danita menarik tangan Dicky.

              **************

       "Kamu kenapa beli bunga? Buat pacar kamu?" tanya Danita saat setelah membayar bunga yang Dicky pilih.

       "Nggak, aku gak punya pacar, ini untuk sahabatku, dia suka merangkai bunga." jawab Dicky.

       "Jadi setiap hari kamu beli bunga buat sahabatmu itu?"

       "Nggak juga, aku belikan dia kalau ayahku gajian aja, haha.." jawab Dicky asal sambil tertawa lepas.

       "Berarti sekarang ayahmu baru terima gaji dong, ya?" tanya Danita polos sambil tertawa kecil. Dicky pun ikut-ikutan tertawa sambil memperhatikan wajah manis Danita.

                     *******

       Matahari sore ini tertutup awan sehingga menambah keteduhan di teras depan rumah Eriska. Ia sedang asyik merangkai dan menata bunga plastik pemberian Dicky. Dengan insthing-nya ia menancapkan bunga-bunga itu ke dalam pot kecil berisi sterofoam.

       "Inikah rasanya cinta, oh inikah cinta, cinta pada jumpa pertama dengan dirinya.."

       "Kamu kenapa, Dick, nyanyi-nyanyi begitu?" tanya Eriska yang sedang merangkai bunga di sebelah Dicky.

       "Memang biasanya kan aku suka nyanyi-nyanyi." jawab Dicky.

       "Iya maksud aku kamu tumben aja nyanyi lagu cinta."

       Dicky tersenyum.

       "Waktu aku mau pulang habis beli bunga, ada teman lamaku nabrak aku dan rusakin bunga yang aku beli buat kamu."

       Eriska mengerjapkan matanya.

       "Awalnya aku memang kesal sama dia, tapi dia tanggung jawab dengan belikan bunga yang baru.. orangnya juga cantik." jelas Dicky sambil membayangkan wajah Danita, tapi seketika wajah Eriska nampak masam. Jadi, Dicky sedang jatuh cinta? Tak pahamkah Dicky dengan perasaanya selama ini? Eriska selalu menganggap Dicky lebih dari sahabat, tapi mau bagaimana lagi,
dia menyadari kekurangan fisiknya itu, pantas saja Dicky tak paham.

       "Jadi bunga ini cewek itu yang beli?" tanya Eriska lesu.

       "Iya."

       "Ini.." kata Eriska memberikan setangkai bunga berwarna kuning pada Dicky.

       "Ini apa?" tanya Dicky.

       "Menurutmu ini apa?" Eriska balik bertanya.

       "Iya aku tau ini bunga. Maksudku, kamu ngapain kasih bunga itu ke aku?"

       "Katamu bunga ini cewek itu yang beli, jadi ini buat kamu, agar kamu ingat terus sama dia."

       "Beneran?" tanya Dicky. Diraihnya bunga mawar itu dari tangan Eriska.

       Eriska tersenyum sumringah. Sama sumringahnya dengan senyum Dicky saat ini. Tidak tahu selebar apa senyuman Dicky. Jika Dicky senang, kenapa tidak? Ia bahkan ingin tertawa juga. Menertawakan dirinya sendiri yang bertepuk sebelah tangan.

       Dicky~... ternyata dia telah jatuh cinta pada gadis lain, bukan pada gadis buta sepertinya.

***************
Bersambung ke Part 3 

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar