9 Juli 2014

(Cerbung SMASH) "Cewek Rockstar VS Cowok Boyband" / Part 15

Judul        : “Cewek Rockstar VS Cowok Boyband”

Pengarang : @ariek_andini

Genre       : Comedy-Romantic

Cast          : Rangga, Rafael, Dicky, Bisma, Reza dan Ilham.

Jangan menjadi pembaca gelap yaa.... tinggalkan jejak setelah membaca :)

---------------------------------------------------

        “Nggak ada waktu buat pindah posisi! Udah loe diam aja! Kita dikejar polisi!!”

        “Gue takut, Rang! Udah kita nyerah aja!!”

        “Loe bisa diem nggak, sih?! Jangan bikin gue tambah bingung!!”

        “Mending kita nyerah, Rang!!”

        “Gue bilang diam!!”

        “Ranggaaa!!! Pohon!!!”

        Rangga membulatkan matanya. Tanpa ia duga mobilnya terlalu condong ke sisi kanan jalan dan hampir menabrak pohon. Spontan Rangga banting stir ke arah kiri. Namun dalam kecepatan yang sangat tinggi seperti itu, semua menjadi tak terkendali. Mobil berwarna hitam metal itu kehilangan kontrol dan menerobos pagar pembatas jalan.

        BRUAAAGGGK!!!

        Mobil yang ditumpangi Andin dan Rangga meluncur ke dalam jurang. Mobil hitam metalic itu ringsek setelah meluncur sejauh lima meter dan menghantam sebuah pohon hingga tumbang.

        *************

        “Cewek gue nelponin gue nih...” gerutu Dicky sambil menatap layar smartphone-nya. Tapi itu semua tampak menyebalkan mengingat ia sama sekali tidak diperbolehkan keluar dar manajemen.

        Cklek....

        Komandan polisi yang sedari pagi berada di kantor ini masuk ke dalam ruanganan dimana Mas Panchunk, Bisma, Dicky, Rafael dan Ilham berkumpul. Seperti sebelum-sebelumnya, ia langsung mendekat ke arah Mas Panchunk seolah ingin menyembunyikan sesuatu dari Ilham, Rafael, Bisma dan Dicky.


        Ilham langsung berdiri dari duduknya, “Sudahlah, Pak. Kalau pengen laporan ya laporan. Jangan bisik-bisik begitu!”

        “Ilham!!” bentak Mas Panchunk.

        “Kita di sini juga pengen tahu perkembangan Rangga.” tambah Ilham tak mengindahkan peringatan Mas Panchunk.

        “Saya baru saja menerima laporan dari Bali, bahwa...” Komandan itu tak meneruskan kalimatnya.

        “Bahwa apa?” tukas Ilham makin tak sabar.

        “Bahwa Saudara Rangga mengalami kecelakaan mobil.”

        “HAH??!”

        Seluruh orang di dalam ruangan itu tersentak kaget. Rafael, Bisma dan Dicky spontan berdiri dari duduknya. Mereka memandang oknum polisi yang berdiri di depannya itu penuh rasa tidak percaya.

        “Kami menemukannya berada di daerah Singaraja. Tapi dia mencoba kabur saat melihat kami. Dia ngebut di jalanan. Dan, dan mobilnya jatuh ke dalam jurang.”

        “Lalu, bagaimana keadaan dia sekarang?” tanya Mas Panchunk.

        “Saya belum bisa memastikan. Saat ini tim kami berusaha melakukan evakuasi dan mengangkat bangkai mobil ke atas.”

        Rafael menghempaskan tubuhnya ke sofa. Dipeganginya pelipisnya.

        “Satu laporan lagi dari bawahan saya, bahwa dia saat itu tengah bersama seorang perempuan.”

        “Perempuan??!!” ulang Bisma dan Ilham bebarengan.

        “Tapi sekali lagi kami belum bisa mengidentifikasi siapa dia. Kami sedang berusaha melakukan penyelamatan kepada keduanya.”

        Di tengah aksinya memijat-mijat pelipisnya, Rafael melihat sekelebat bayangan dari balik pintu. Rafael mengenyitkan keningnya. Dihampirinya pintu yng tertutup separuh itu.

        “Om Rully??!!” pekik Rafael kaget. Dilihatnya Papa Rangga telah berdiri mematung di depan pintu.

        Om Rully tidak bergeming. Dia menatap tajam ke arah Mas Panchunk dan Komandan Polisi itu. Tanpa diduga, Om Rully langsung menyerang ke arah komandan polisi itu hingga jatuh ke lantai.

        “Bangsat kamu, ha?!! Tidak becus!! Menemukan seorang anak ingusan saja tidak bisa!! Malah membuatnya celaka!!” bentak Om Rully.

        Bisma, Rafael, Dicky dan Mas Panchunk berusaha memisah Om Rully dari komandan polisi itu. Mereka kebingunan menenangkan Om Rully yang tidak berhenti mengamuk.

        “Om, tenang, Om! Tenang!!”

        Dicky dan Rafael mati-matian memegangi kedua belah tangan Om Rully dan menariknya ke belakang.

        “Berhari-hari menunggu, sekarang malah dapat kabar seperti ini?!! Kalian becus apa tidak bekerja?!!”

        “Tolong tenang dulu, Om!! Rangga pasti tidak apa-apa!!” sela Rafael.

        “Tidak apa-apa? Jangan omong kosong kamu!! Mobilnya masuk ke dalam jurang, apanya yang tidak apa-apa??!” perlahan suara Om Rully mulai bercampur dengan air mata. Badannya mulai melemas.

        Sepenuhnya semua orang di dalam ruangan itu mengerti. Mengerti bagaimana pedihnya perasaan Om Rully saat ini. Rangga anak tunggal. Dan setiap ayah tak pernah menginginkan hal buruk pada anak semata wayangnya.

        “Dia anak baik. Dia....” air mata Om Rully mulai berhujanan. Ia dituntun duduk di sofa. Bisma bahkan telah memanggil tenaga medis untuk mewanti-wanti kemungkinan terburuk.

        Setiap orang tak ada yang berani membuka suara. Mereka kelu. Diam membatu menyaksikan drama yang terjadi baru saja. Pikiran mereka bersatu padu. Hanya satu sosok yang ada di benak mereka.

        Rangga? Bagaimana dia sekarang?

        Di tengah suasana ruangan yang dingin dan sunyi, tiba-tiba handphone Rafael berdering. Diangkatnya telepon masuk dari Reza.

        “Coh! Baru aja Rangga telpon! Dia di Singaraja sekarang!!” ucap Reza dengan suara gembira.

        “Nelpon kamu?” tanya Rafael.

        “Bukan! Dia telpon Ola. Tapi cuma sebentar. Lalu dimatikan lagi.” Jelas Reza.

        “Nelpon Ola?”

        “Iya!! Suruh polisi ke sana sekarang juga! Biar Rangga nggak hilang lagi!”

        “Polisi udah nemuin dia kok, Ja.” Jawab Rafael lirih.

        “Eh?”

        “Dia mengalami kecelakaan. Mobilnya jatuh ke jurang.”

        “HAH?”

        “Polisi sedang berusaha mengevakuasi dia.”

        “......”

        “Udah, loe di sana aja. Loe temenin Ola. Di sini keadaannya udah gawat.”

        Reza menutup teleponnya lemas. Kepalanya masih belum bisa mencerna semua kalimat yang disampaikan Rafael. Jatuh ke jurang? Kecelakaan? Baru lima menit lalu Rangga bicara dengannya di telepon.

        Reza menatap Ola sayu. Entah ia harus memulainya dari mana. Ck! Percuma. Toh Ola sudah mendengar semua yang diucapkan Rafael tadi. Ola sendiri yang meminta telepon tadi diloudspeaker karena ia ingin tahu respon semua orang mendengar Rangga telah meneleponnya.

        Tapi kabar baik itu berlanjut dengan kabar buruk. Tak ada seorangpun yang menduganya. Ola membalikkan badannya. Ia berjalan ke arah pintu apartemen dan mencoba membukanya.

        “Ola! Ola loe mau kemana?!!” teriak Reza. Buru-buru ia mengejar Ola dan mencegahnya pergi.

        “Gue mau ke Bali.”

        “Ola!” Reza mencengkeram tangan Ola.

        “Gue mau ke Bali!!!” ulang Ola. Air matanya perlahan mengucur. Tidak peduli sekencang apapun Reza memeganginnya, Ola berontak dan memaksa pergi. Kalimat yang sama terus ia ulang-ulang. Bayang wajah Rangga berkelebat di matanya.

        “Rangga, jangan tinggalin akuuu!!” pekiknya.

        **********

        Seorang realistis menjadi gila. Seorang yang kuat menjadi rapuh. Dan mereka yang pintar mendadak bodoh. Tak satupun mengira betapa dahsyatnya kekuatan cinta. Ia bak indera ketujuh yang mampu melumpuhkan keenam indera lainnya dan membuat manusia tak memiliki indera sama sekali.

        Tuhan, apa sebenarnya tujuanMu menciptakan cinta di muka bumi?

        “Kabar mengejutkan datang dari grup band papan atas, D’Uneven. Info yang masuk ke redaksi kami hari ini menyatakan bahwa Andin, vokalis band rock itu, mengalami kecelakaan mobil di Singaraja, Bali. Andin mengalami kecelakaan bersama salah satu personel boyband papan atas, Rangga SMASH, yang ......”

        “Diberitakan mengalami kecelakaan mobil di Bali, benarkan Andin dan Rangga SMASH memiliki kedekatan khusus?”

        “..... D’Uneven dan SMASH sama-sama bungkam terkait berita ini. Pihak rumah sakit sendiri telah mengkonfirmasi kepada wartawan bahwa kedua korban....”

        “Rangga ketemu. Bukannya selesai, malah tambah ruwet. Oh My God!!!” gerutu Dicky sambil meregangkan tangannya di depan TV.

        “Loe hobi banget ya nonton TV di saat semua berita isinya panas kayak gitu?” timpal Bisma.

        “Cuma mastiin, beritanya bakal seheboh apa. Eh, Ilham mana?”

        “Nyusul Cocoh ke Bali. Tadi pagi dia berangkat.”

        “Ola ke Bali, Reza ke Bali, Om, Tante, Mas Panchunk. Sekalian aja kantor manajemennya dipindah juga!!”

        “Mau gimana lagi. Lagian udah tiga hari, Rangga belum siuman juga.”

        Dicky tidak membalas kalimat Bisma. Jika nama Rangga sudah disebut, kadang ia menjadi badmood dengan sendirinya. Rumit dan semakin rumit.

        **********

        Ini pantai itu. Biru dan putih. Hanya air dan pasir pantai beradu. Kenapa ia di sini lagi. Kenapa ia kembali ke pulau tak berpenghuni itu lagi.

        Rangga menatap sekeliling kebingungan. Ia memutar-mutar tubuhnya. Tanpa ia duga, nun jauh di sana, dilihatnya seorang gadis bergaun putih duduk menatap lautan. Rambut ikalnya dibelai angin pantai yang lembut. Lesung pipitnya mempermanis parasnya yang cantik.

        “Olaaa?” panggil Rangga. Syukurlah akhirnya ketemu. Dengan wajah sumringah, Rangga berlari ke tempat dimana Ola duduk.

        “Olaaaaa!!” panggil Rangga sekali lagi. Ia terus mengulang-ulang nama gadis yang duduk di depannya. Tapi, kenapa dia tidak mendengarnya?

        “Olaaaa! Gue pulang!!”

        Gadis itu menoleh. Dan seketika wajahnya berubah. Rambut ikal itu berubah menjadi rambut lurus. Lesung pipit itu juga menghilang. Wajah manis itu berubah. Berubah menjadi wajah lain yang tak kalah ia kenang juga.

        “Andin?” gumam Rangga kaget.

        Andin menjawab Rangga dengan senyumann.

        “Andin.......”

        Bayangan tabung infus berkelebat di mata Rangga. Perlahan matanya terbuka. Silau lampu kamar membuat matanya tertutup lagi. Sekali lagi Rangga membuka matanya. Pemandangan serba putih kamar rumah sakit semakin jelas di matanya.

        “Rangga! Rangga kamu sudah sadar?!” pekik Tante Yudith. Tangannya menggenggam erat jemari Rangga.

        Rangga tertegun. Dilihatnya kedua orang tuanya dan teman-temannya telah berjajar di sekelilingnya.

        “Alhamdulillah! Pa, Rangga bangun!!” kini Tante Yudith beralih memeluk suaminya. Matanya berlinangan air mata.

        Rangga menghela nafas. Kini ia kembali pada keluarganya. Serasa baru sejam lalu ia kebut-kebutan di jalan karena dikejar polisi.

        Dikejar polisi?

        Andin?

        “Andin mana?”

        Seluruh orang di dalam ruangan itu terdiam. Tak tahu harus bagaimana menganggapi Rangga yang baru sadar dan tiba-tiba menanyakan Andin.

        “Andin dimana?” sekali lagi Rangga bertanya. Dia berusaha bangkit dari tidurnya.

        “Dia tidak apa-apa! Andin selamat. Sekarang dia dirawat di ruangan yang lain.” sahut Rafael. Sementara Tante Yudith dan Om Rully berusaha merebahkan Rangga ke ranjang.

        Rangga kembali tenang. Tante Yudith memijat-mijat tangannya lembut. Namun, di sisi yang lain, di depan pintu masuk kamar, seorang gadis berbaju plum dengan syal rajut di lehernya, menahan sesak dadanya dengan menggigit bibirnya. Matanya memandangi Rangga dengan berkaca-kaca. Ia lalu membuka pintu dan berlari keluar.

        “Olaa!” panggil Reza. Ia turut keluar ruangan mengejar Ola.

        Tak seberapa jauh dari kamar Rangga, Ola menghentikan langkahnya. Kakinya gemetaran sementara dadanya menyeruak tak karuan. Air matanya satu-satu berjatuhan menghujani syalnya.

        “Loe lihat sendiri ‘kan? Dia baru sadar, dan dia manggil-manggil cewek itu...!” kata Ola di sela isakannya.

        Reza mendekatkan kakinya ke depan Ola. Diraihnya kepala Ola dan mengelusnya, “Tenang, La...”

-----------------------------------------------------------------------

BERSAMBUNG KE PART 16



Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar