1 Oktober 2014

[Cerbung SMASH] "Cewek Rockstar VS Cowok Boyband" SEASON 2 / Part 3

Title          : Cewek Rockstar VS Cowok Boyband
Season    : 2
Author       : @ariek_andini (adm4)
Genre        : Comedy - Romantic
Main Cast : Rangga, Andin, Dicky, Eriska Rein
Cast          : All member of D'Uneven, All member of SMASH, Roy Marten, Om Panchunk, Daaaan, banyak lageeeh...

Sebelumnya, gue mau minta maap sama Rangga karena udah manggil dia ikan buntal... -___-.... dan ke depan-depannya lagi, banyak panggilan absurd antara Andin dan Rangga, dimulai dari badak aer sampe jerigen minyak... ok... lupakan...

----------------------




             Andin kembali menghadap tumpukanalat make up di depannya. Dia meraih eyeshadow lalu memolesnya pelan-pelan ke atas kelopak matanya.

             Gagal!!! Andin malah kelilipan.

            “Anjing gilaaaa!!!”

             **********

             Langit hitam menyelimuti Jakarta.Tapi malam di Jakarta nggak kerasa malam. Jalan tetap ramai seperti siang hari.Bedanya Cuma, udara lebih dingin.

             Dengan kemeja rapi dan balutan jas hitam, Rangga keluar dari mobilnya. Hiruk pikuk suasana resepsi pernikahan menyambutnya. Rangkaian bunga dimana-mana. Campuran antara adat betawi dan padang bergumul jadi satu.

             Rangga memijakkan kakinya ke dalam rumah. Dia sendiri tidak kenal Shanty itu siapa. Giliran berikutnya, dia harus menemukan Andin di antara ratusan undangan, atau dia akan berdiri kayak orangbego di pernikahan orang yang nggak dia kenal.

             “Rangga?” tiba-tiba sebuah suara menegur Rangga dari belakang.

             Rangga menoleh, “Ola???”

             “Apa kabar?” lanjut Ola.


             “Ah, iya, baik.....” jawab Rangga. Ia berusaha mengatur nafasnya. Terakhir dia bertemu Ola adalah empat bulan lalu, ketika ulang tahun Reza. Udah. Sejak putus dulu, dia jarang ngobrol dengannya. Dan sekarang malah ketemu. Mau bicara apa dia juga nggak tahu.Menanyakan kabar, lalu apa?

             “Sendirian?” tanya Ola lagi.

             “Iya. Eh, tidak. Eh maksudnya,tadi iya sendirian,”

             Gugup. Rangga merasa nafasnya megap-megap. Tapi semoga Ola nggak denger. Bukan hal aneh. Ola bukan cewek biasa. Dulu dia ada di mana-mana. Di wallpaper handphonenya, di dompetnya, di kamarnya. Dan tiba-tiba dia berpisah. Dalam setahun Cuma ketemu tiga kali. Dan sekarang ketemu lagi.

             Canggung? Sangat!!

             “Jadi, kamu temennya Shanty?” tanya Rangga. Berusaha mencairkan suasana canggung. Tapi yang ada malah kelihatan goblok. Ya iya lah Ola temennya Shanty. Kalo bukan temennya mana mungkin dia datang ke pernikahannya. Cuman Rangga satu-satunya orang yang nyelinap kepernikahan orang yang nggak dia kenal. Iya, cuman Rangga.

             “Iya. Dia temen SMA aku dulu.”Jawab Ola.

             Rangga nyengir.

             Eh? Temen SMA? Kalo temen SMA,berarti Reza....

             “Aku ke sini sama Reza. Itu dialagi ngambil minum.” Ucap Ola.

             Rangga bengong. Fix. Ola gandengan sama Reza, dan dia datang sendirian kayak orang ilang. Buru-buru Ranggamengalihkan perhatiannya ke seluruh penjuru ruangan. Berharap segera menemukanAndin.

             Dan kemudian mata Rangga berhentipada satu sosok. Satu sosok bergaun merah menyala. Hiasan berwarna putih berbulu tersemat di rambutnya. Seperti kenal. Tapi siapa? Gadis itu tersenyumke arah Rangga. Sekian detik Rangga berpikir sambil melototi gadis di depannya. Hingga kemudian sebuah nama muncul di otaknya.

             ANDIN????

             Dengan eyes-shadow tebal, lipstick pink menyala, kalung mutiara, blush on merona, dan hiasan rambut berbulu-bulu.

             Andin mendekat ke arah Rangga.

             “Loe habis dari mana??!!” tanya Rangga kaget.

             “Ya dari rumah lah!!” jawab Andin.

             “Loe udah nemuin pengantinnya?” tanya Rangga lagi.

             “Udah, tadi.”

             “Udah? Serius?’

             “Serius. Loe kenapa sih??”

             “Loe nemuin pengantinnya dengan dandanan kayak begitu??”

             Eh?

             “Ini loe make up habis manggung belum dibersihin??!” Rangga masih meneruskan pertanyaannya.

             Raut wajah Andin berubah. Dandanan kayak begitu? Maksudnya apa? Riasan di wajahnya salah?

             Andin menggigit bibirnya. Dipandanginya Rangga yang berdiri di depannya. Iya, rautnya seperti akan menertawakannya. Di sampingnya, seorang gadis cantik dengan riasan manis berdiri. Ola turut melihatinya.

             Andin menundukkan wajahnya. Diamerasa tersudut. Benar. Tak ada yang menyudutkannya. Hanya jantungnya yangberdesir takut. Sejurus kemudian, dia merasa seluruh orang di pesta itu juga melihatinya nyinyir.

             Andin mendengus. Dia majuselangkah ke arah Rangga. Diinjaknya kaki Rangga dengan tenaga penuh. Laluberlari keluar pesta.

             “Ndin!!!” panggil Rangga sambilmemegangi kakinya yang ngilu.

             Andin tidak menoleh. Larinya makin kencang. Seorang tamu dia tabrak sampai jatuh. Tapi dia tidak menghiraukannya. Andin menghilang di balik kerumunan tamu.

             Rangga tertegun.

             “Rangga!!! Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu!!!” bentak Ola. Ola meletakkan minumannya. Ia lalu ikut berlari kearah Andin menghilang.

             Rangga berdiri mematung di tempatnya. Dia menganga.

             “Kejam loe, Ngga...” gumam Reza yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

             Rangga menelan ludahnya. Rasa bersalah menyembul di hatinya. Tanpa banyak berpikir, dia juga berlari mengejar Andin.

             Begitu sampai di halaman, dilihatnya Andin berdiri di depan pintu mobilnya. Di belakangnya, Ola, berusaha membujuknya untuk bicara.

             Rangga menghela nafas. Percuma.Kalau keadaannya udah gini, Cuma pawang singa yang bisa menjinakkan Andin.

             “Ndin...” panggil Rangga sambil mendekat.

             Andin membalasnya dengan tatapan setan.

             “Maaf deh...”

             “Diem loe!!!”

             Tuh kan? Dibilangin cuman pawang singa yang bisa ngatasin Andin.

             “Gue tadi cuman bercanda...”tambah Rangga.

             Pintu mobil terbuka. Andin masuk ke dalam mobilnya.

             “Ndin!! Gitu aja kok marah sih? Gue nggak sengaja!!” Rangga berdiri di depan mobil Andin.

             Tak ada jawaban. Andin mulai menyalakan mesin.

             “Ndin, gue minta maaf!!”

             “MINGGIRRR!!”

             “Kagak! Kalo loe nggak turun dari mobil, gue nggak bakalan minggir!!”

             “Mau gue tabrak loe, ha?!!!”

             “Tabrak aja!!” tantang Rangga. Dia berkacak pinggang tepat di depan mobil Andin. Ola memandangi keduanya dengan wajah ketakutan.

             Andin mengubah porsenelingnya. Diinjaknya pedal gas. Seketika mobil bergerak maju dengan kecepatan penuh. Rangga tersentak kaget. Spontan dia melompat ke pinggir. Dia jatuh terguling.

             Ola menjerit.

             Rangga mangap.

             Pacar sendiri pun mau ditabrak.Kurang gila apa Andin?

             Nafas Rangga ngos-ngosan. Jantungnya berdegub kencang. Kakinya lemes. Ola menghampirinya dan membantunya berdiri.

             “Sarap tuh cewek...” batin Rangga.

             *************

             Pagi berawan menyambut Jakarta.Sinar matahari pagi terhalang kapas putih di angkasa. Pagi buta syuting telahdimulai. Kali ini setting di ambil di sebuah pemakaman warga. Seluruh pemain mengenakan setelan hitam.

             “Kok syutingnya nggak dimulai-mulai, Mas?” tanya Ilham.

             “Ini mobil pemadam kebakarannya baru nyampe.” Jawab sutradara.

             Ilham cengo, “Dimana ada kebakaran, Mas?”

             “Bukan!! Ini buat hujan buatan. Ntar pemakamannya dibikin seolah lagi hujan deras. Selangnya lagi dipasang ini.Siap-siap aja dulu.”

             Untuk menambah efek dramatis,begitu singkatnya. Pagi itu, seluruh pemain mandi massal. Adegan tangis menangis di depan kuburan orang jadi kerasa beneran. Guyuran air membuat seolah-olah air mata yang menetes jadi kelihatan banyak di depan kamera.

             Dengan badan basah kuyup, Rangga berjalan ke tenda. Kelima kawannya berebut handuk.

             “Dick, ambilin handuk satu.” Ucap Rangga.

             Dicky bergeming. Dia tetap duduk bersandar sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

             “Dick! Ambilin handuk!” ulang Rangga. Mungkin tadi Dicky tidak mendengarnya.

             Masih nggak ada gerakan. Dicky mengacuhkannya.

             Rangga bersiap menyemprot Dicky.Tapi tiba-tiba Bisma melempar handuk ke arahnya. Detik berikutnya, Bisma menariknya menjauh dari sana.

             “Sementara loe jangan ngomong dulu sama Dicky.” Kata Bisma.

             Rangga mengernyitkan dahinya,“Maksudnya?”

             “Loe belum baca berita?”

             “Berita?”

             Bisma mengeluarkan handphonenya. Tangannya menggeser-geser layar handphonenya. Ditunjukkannya salah satu halaman sebuah portal online ke hadapan Rangga.

             Empat Season Menjadi Pasangan Kekasih, Benarkah Rangga SMASH dan Eriska Rein Cinlok?

             Rangga tertegun.

             “ITU BERITA APAAN??!!” pekik Rangga.

             “Mestinya gue yang nanya gitu ke elo!!”

             “Sumpah demi apapun! Gue nggak ngerti apa-apa soal berita beginian!!” bela Rangga.

             Pantas saja, sejak datang tadi Dicky cuek kepadanya. Sejak awal Dicky emang mengincar balikan sama Eriska. Dan dia nggak pernah maksud untuk nikung gebetan temen sendiri.

             Di balik berita beginian, pasti ada satu orang dalam yang beberin ke wartawan. Rangga mendengus. Matanya menelisik tiap pemain dan kru sinetron. Sampai kru yang gawenya dorong-dorong pekakas pun dia jadikan sasaran.

             Nihil. Analisisnya buntu. Dia bekerja sama dengan kru sinetron nggak cuman sebulan dua bulan. Tapi udah hitungan tahun sejak season pertama. Mereka sudah seperti keluarga. Dan sejau hitu tak pernah ada gosip aneh menyebar. Jika tiba-tiba ada gosip murahan seperti ini muncul, berarti....

             “Oalaahhh..... Ya enggak apa-apa. Lagian Om lihat kamu sering pelukan dan ciuman sama Eriska. Masa sih nggak cinlok?” ucap Om Suryo dengan senyum di wajahnya.

             Rangga memandangi kakek tua berperut buncit itu dengan tatapan ingin membunuh. Giginya bergemelatuk. Yang bikin makin emosi, tuh produser malah cengengesan saat mengakui aksinya membeberkan gosip ke wartawan.

             “Aku nggak pernah cinlok-cinlokan sama Eriska, Om.” Bela Rangga.

             Om Suryo memandang ke kaca cendelanya. Asik mengamati proses syuting di bawah sana. Setting season keempat kebanyakan bercerita tentang konflik bisnis dan warisan. Sehingga sering melakukan pengambilan gambar di kantor manajemen.

             “Kamu kan bukan artis kemaren sore, Rangga...” tutur Om Suryo.

             Rangga mengernyitkan dahinya.

             “Yang namanya jualan itu kan butuh promosi. Ya, nggak apa-apa. Cuma sementara kok.” Kali ini nada suara Om Suryo turun satu oktaf.

             Rangga terhenyak.

             Promosi? Untuk meningkatkan rating sinetron dan dia yang jadi korban? Sejak awal muncul sinetron ini sudah menempati rating pertama tanpa gosip-gosipan. Kenapa sekarang jadi belibet begini?

             “Mau sampe kapan kamu mau di ruangan Om terus? Nggak syuting?” tanya Om Suryo lembut. Ramah, tapi menjerat.

             Rangga beranjak dari duduknya. Wajahnya suram. Dengan langkah menghentak dia keluar dari ruangan Om Suryo. Pantas saja tua bangka itu menjadi produser kelas kakap. Taktiknya licin kayak belut.

             Begitu menutup pintu, Rangga melihat Eriska telah berdiri di seberang sana. Keduanya terpisah sekian meter.

             “A-aku, disuruh sutradara njemput kamu ke ruangan Om Suryo. Kita mau take.” Jelas Eriska.

             Rangga mengangguk. Dia melanjutkan langkahnya.

             “Aku, denger pembicaraan kamu tadi...” ujar Eriska tiba-tiba.

             Rangga menghentikan kakinya di salah satu anak tangga. Dia menatap Eriska.

             “Kemaren dia juga ngomong gitu keaku. Makanya, kemaren.... pas wartawan datang, aku ngomong gitu ke wartawan.”

             “Kamu yang ngomong ke wartawan?”tanya Rangga.

             “Bukan ngomong. Maksud aku, Cuma ngasih kode kalau...”

             Rangga berdecak. Eriska nampak kesulitan berbicara padanya. Wajar. Dia dan Eriska sama-sama berada di posisi terjepit sekarang. Nggak ada yang perlu disalahkan. Yang menjadi pertanyaannya, kenapa industri hiburan sekarang begitu buas?

-------------------------

BERSAMBUNG KE PART 4

Tidak ada komentar:

:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t Add smileys to Blogger +

Posting Komentar