Title : Cewek Rockstar VS Cowok Boyband
Season : 2
Author : @ariek_andini (adm4)
Genre : Comedy - Romantic
Main Cast : Rangga, Andin, Dicky, Eriska Rein
----------------------
“Rangga masih
belum bisa ngadance, Om. Gerakannya kaku kayak orang struk.” Tambah Bisma.
“Kampret!!”
“Diem woy!!”
perintah Rafael. Rupanya hanya dia yang memahami wajah Om Panchunk yang kusut
abis kayak cucian.
“Begini...” Om
Panchunk merendahkan suaranya, ia bersandar ke sofa, “Sebenarnya kemarin ada
calling-an. Acara talk show. Palingan kalian cuma datang, duduk, ditanya-tanya,
itu doank. Om rasa, kalau cuma begitu, Rangga bisa.”
Om Panchunk
beranjak berdiri. Dia merapikan kemejanya, “Om akan pastikan jadwalnya.
Siap-siap aja nanti malam, acaranya live jam delapan malam. Soal nyanyi,
sementara kalian ambil lagu slow. Atau lagu apa dibikin akustik. Om mau
nanganin sponsor dulu. Dari tadi nelpon-nelpon nggak brenti-brenti.”
Seluruh orang
yang ada di sana mengantar kepergian Om Panchunk dengan tatapan mata. Tak ada
yang bergerak sampai pintu tertutup dan Kak Yenny menghilang dari balik pintu.
Perlahan tangan Rangga meraba
perutnya. Jempolnya menekan-nekan buntalan perban di sana. Iya sih, jadi
kelihatan gembul. Apa dia minta tolong dokter aja buat mengurangi perbannya,
atau sekalian melepasnya? Toh lukanya juga udah membaik.
Dua jam setelah meeting
kecil-kecilan itu, tepat jam lima sore, Rafael dan salah satu asistan SMASH
datang ke kamar Rangga. Keduanya membawa ganti baju sekaligus menjemput Rangga
ke lokasi. Tak ada masalah besar, kecuali Rangga yang mati-matian merengek
minta dibawakan baju lain karena baju yang dibawakan Rafael berwarna putih.
“Gue kelihatan gembul kalo pakek
warna putih! Gue udah lama nggak ngedance! Gue gemukan! Ganti yang hitam aja!
Atau kalo nggak coklat, atau biru tua!”
“Ini busananya udah dari sononya
begini! Udah sepaket! Om Panchunk yang nyewa ke desainer! Temanya putih-putih!
Udah loe jangan banyak ngomel! Pakek aja! Loe tuh gembul dari sononya!”
Perkara busana, Rangga akhirnya
manyun sepanjang perjalanan menuju lokasi. Dia mati-matian menyuruh asistennya
untuk men-style rambutnya mohwack ke atas. Seenggaknya dengan begitu ia sedikit
terlihat tirus. Sedikit sih.
Keluar dari mobil, ia ditelpon Om
Panchunk. Untuk hal yang sama. Apa yang harus ia ucapkan di depan nanti. Apa
yang perlu diluruskan. Dan mengapa mereka jarang tampil bersama.
“Om nggak bisa ke sana. Ingat!
Jangan ngomong apapun soal penjahat, human trafficing, dan rumah sakit. Om serahin
ke kamu. Sekarang Om sedang meeting sama label.”
Rangga manggut-manggut. Masa bodo
teuing Om Panchunk bisa ngeliat dia manggut-manggut apa kagak.
Perjalanan menuju studio, Rangga
berjalan super pelan. Kayak Pangeran Solo lagi upacara pernikahan. Rangga
benar-benar memperhatikan langkahnya agar punggungnya nggak nyeri. Sesekali dia
menoleh ke sekeliling, mewanti-wanti agar nggak ada orang lewat di sampingnya
dan menyenggolnya.
“Cepetan, Ngga!!! Udah mau mulai
nih acaranya!!!” omel Rafael.
Rangga nggak menyahut. Matanya
melirik ke kanan dan ke kiri ala James Bond lagi nyari tersangka pembunuhan.
Rafael mendengus. Menahan diri untuk nggak masukin Rangga ke dalam kurungan
ayam. Segitunya tuh cowok.
Mending kalo sampe di lokasi
langsung masuk ke stage. Rangga malah ketemu Andin dan personel D’Uneven
lainnya di dekat pintu masuk. Bisa ditebak, drama histeris langsung meledak.
Andin udah kayak emak-emak ketemu anaknya yang masih SD keluyuran di mall.
“Rangga?!!! Loe ngapain di sini?!!
Loe kok bisa sampe di sini?!! Loe nggak di rumah sakit?!! Luka loe!??”
“Ssssssttt!!”
Rangga membekap bibir Andin. Tapi
Andin tak menyerah. Rasa kagetnya karena ketemu Rangga di stasiun TV lebih
besar dibandingkan bekapan tangan Rangga. Andin mati-matian bicara.
“Mbl-mmmfkl-%7&#H-lombb-.....”
“Diem, Ndin!!”
Andin diam.
“Ini Cuma acara talk show!” ucap
Rangga sambil melepas bekapan tangannya, “Ntar cuman duduk terus ngobrol, gitu
doank. Gue udah baikan. Lukanya juga hampir kering.”
“Loe yakin?”
“Loe nggak lihat berita?!” tanya
Rangga.
“Kenapa loe selalu nanya berita
sih ke gue?! Gue bukan emak-emak yang demen nonton gosip!”
Rangga berdecak, “Nggak tau
kenapa, tiba-tiba gue diserang gosip nggak jelas! Anak-anak SMASH lain juga
kena! Makanya manajer gue nyaranin buat keluar sementara, buat ngelurusin ini
semua!”
“Ya, kan temen loe aja bisa. Nggak
harus loe kan?”
“Ndin!” Rangga memegang pundak
Andin, “Ini bukan gosip kacangan yang ngatain boyband gue atau apa. Lebih dari
itu, mereka ngatain gue nggantuingin popularitas ke band loe. Ini
pemberitaannya kacau banget?!”
“What?”
“Makanya, kita butuh muncul
bareng-bareng. Gue nggak pernah peduli gosip apa yang berkeliaran di luar sana.
Tapi kalo udah nyangkut-nyangkutin loe dan gue, itu harus dilurusin. Gue nggak
mau hubungan kita bermasalah lagi.”
“Rangga!!” potong Rafael.
“Satu menit!” Rangga menoleh pada
Rafael, lalu balik menatap Andin, “Loe paham kan? Ini semua.....”
“Ranggaaaaa!!”
“Satu menit!!”
“Nggak ada satu menit satu
menitan! Masuk!”
Rangga mendengus. Rafael udah
berteriak-teriak kayak komandan upacara. Ia akhirnya pamit pada Andin dan masuk
ke dalam studio. Ia hanya sempat melirik sebentar wajah Andin. Wajah galau.
Awalnya sih galau karena mengkhawatirkan luka Rangga, tapi setelah mendengar
penjelasan Rangga, ekpresi Andin berubah garang.
Gosip? Antara Rangga dan D’Uneven?
“Gue cabut!” ucap Andin.
“What? Gue udah mesenin loe kursi,
Ndin!” cegat Erwin.
“Lain kali gue ikut!” jawab Andin
tanpa menoleh. Langkahnya tegas ke depan. Satu orang yang ada di benaknya. Yang
biasanya menjadi dalang dibalik gosip miring yang beredar di media. Berandal
berdasi itu!
“Papa di rumah?” tanya Andin
melalui handphonenya. Sebelah tangannya membuka pintu mobil.
“Ada apa?” jawab Papanya.
“Papa udah lihat berita?”
Tak ada sahutan. Andin
mengurungkan niatnya menyalakan mesin mobil. Ia menunggu jawaban papanya.
“Udah aku duga, Papa ikut-ikutan
kan pasti?”
“Ndin! Papa nggak nyangka bakal
sejauh itu! Papa Cuma menjamin Bunawar dari sisi hukum.”
“Menjamin? Iya! Menjamin dia agar
sejelek apapun gosip yang dia sebarkan, Bunawar nggak bakal dituntut ke
penjara! Begitu kan?”
“Papa nggak bisa berbuat apa-apa!
Bunawar benar-benar marah sama Rangga. Dan sekarang merembet ke boybandnya.
Kamu sendiri tahu Bunawar sejak kamu kecil kan? Om kamu itu kalau marah pasti
habis-habisan, tapi habis itu reda. Tunggu aja seminggu, atau dua minggu lagi,
kalau marahnya sama Rangga udah reda, gosip-gosip itu bakal ngilang dengan
sendirinya!”
“Stop nyebut dia Om! Keluarga kita
nggak ada hubungan darah sama dia!”
“Andin....” Om Budy berusaha
menenangkan putrinya, “Kita sama-sama tahu tabiat Bunawar. Lagian, sudah
bertahun-tahun kan kamu berada di dalam manajemennya? Percaya sama Papa.
Tunggulah! Situasi kayak gini pasti akan berakhir dengan cepat.”
Andin berdecak jengkel.
Dimatikannya teleponnya tanpa mengucap pamit. Salah satu bentuk protes kepada
Papanya.
Kadang memang seperti buah
simalakama. Bertahun-tahun ia berada di bawah manajemen Bunawar. Dan berkat
sentilan Bunawar pula, bandnya bisa terus eksis hingga sekarang. Papanya, yang
dulu pengacara biasa, sekarang menjadi pengacara kondang sejak bekerja pada
Bunawar. Pahit untuk mengakui, kalau dihitung-hitung, jasa Bunawar pada
keluarganya sangat besar.
Lalu? Begitu? Apakah itu berarti
keluarganya harus berpura-pura buta sementara Bunawar terus-terusan berbuat
kotor? Sampai kapan dia harus bersikap manis seperti ini?
Andin menenggelamkan kepalanya
dibalik kemudi. Matanya mengintip ke depan. Erwin, Ardhy, Ipunk, dua
asistennya, dan manajernya berjalan melintasi parkiran. Andin mendesah.
Melayang sudah tiketnya ditraktir manajernya di restoran mewah. Moodnya
mendadak jelek gara-gara omongan Rangga.
Jadi, gimana sekarang? Batal ikut
dinner bareng teman bandnya, pulang ke rumah juga nambah suntuk. Dia lagi malas
ketemu papanya. Andin menimang-nimang. Jarinya mengetuk-ngetuk klakson mobil.
Hingga akhirnya dia memutuskan keluar dari mobil. Nggak punya tujuan, Andin
lalu berjalan menuju studio dimana Rangga sedang syuting.
************
“Yak! Kita sampai di segmen
terakhir! Setelah tadi ngobrol-ngobrol bareng, kali ini kita pengen lihat SMASH
ngedance di depan!”
Lampu studio menari-nari. Tepuk
tangan penonton mengiringi ucapan host. Salah satu kru memberi kode agar salah
satu personil SMASH maju ke depan.
“Siapa nih yang bakal maju buat ngedance?
Lawan gue nih?” lanjut host.
Bisma beranjak dari duduknya. Dia
maju ke depan.
“Bisma? Kok loe terus sih? Tiap
ada acara apa, yang ditantang dance pasti elo! Member SMASH yang lain dooonk!!”
gurau host bertubuh tambun itu.
Bisma Cuma ketawa. Gayanya stay
cool. Dia lalu menoleh ke arah teman-temannya, “Eja! Maju, Ja!”
Reza bersiap berdiri. Tapi
kemudian ia terhenti lantaran dicegat host.
“Jangan! Jangan elo! Loe udah
ditantang rapp tadi!”
“Ya udah, Cocoh! Cocoh!” ucap
Bisma.
“Gue aja yang milih! Gue!!” sahut
sang pembawa acara, “Rangga! Gue pengen ngeliat loe ngedance!”
Rangga mangap.
“Gue aja!!” Ilham berdiri dari
duduknya. Tapi tangannya keburu ditarik oleh host.
“Gue bilang Rangga! Loe ntar aja
gue tantang masak!!” ucap host itu bersihkukuh. Ajakannya dibalut gurauan.
Tingkahnya yang lincah menjadi bahan tertawa penonton. Tapi kelakuannya itu
justru membuat keenam personil SMASH ketar-ketir. Kampret tuh host satu! Empet
banget nyuruh Rangga ngedance.
“Ayooo! Rangga, berdiri!” ucapnya
sambil menggandeng tangan Rangga ke depan.
Rangga menurut. Langkahnya kaku
kayak robot. Wajahnya pucat pasi. Tak ada satupun temannya yang bisa mencegah.
Jujur ke host kalau dia sedang sakit juga nggak mungkin.
“Mau lagu apa nih? Jangan lagunya
SMASH! Keenakan elo mah! Lagunya Joshua cobak! Yang diobok-obok! Nah! Gue tantang nih loe! Bisa kagak ngedance pakek
lagu anak-anak!”
Ilham menyikut Bisma. Bisma
menyikut Reza. Reza monyong ke arah Rafael. Rafael mengelus jidatnya. HARUS
GIMANA SEKARANG?
Musik dimainkan. Lampu studio
mulai menari-nari. Detik-detik pertama, Rangga diam mematung. Kelima kawannya
duduk di belakangnya dengan jantung seperti beduk masjid. Tapi tanpa diduga,
seorang cewek berjaket kulit, bersepatu boat dengan heels tinggi, dan eyeliner
tebal di matanya datang ke atas panggung. Semua orang menoleh.
“ANDIN????!”
Rangga melongo.
Pembawa acara yang semula berdiri
menepi di belakang, seketika mengampiri Andin. Wajahnya terkejut bukan main.
“Andin D’Uneven?!! Wow! Surprise
banget nih tiba-tiba datang di sini!” sambutnya. Matanya melirik pada kru yang ada
di depannya. Tiba-tiba ada artis lain masuk, kenapa tadi nggak ada di
briefing-an?!
Lima personel SMASH yang lain
ikutan berdiri. Pembawa acara menyalami Andin dengan hangat. Perhatian seluruh
orang di dalam studio tertuju pada Andin. Menit berikutnya, adegan di atas
panggung berlanjut dengan aksi saling goda antar personil. Rangga habis-habisan
digoda oleh member lain dan sang pembawa acara.
“Cieeee....! Didatengin pacar!!”
“Rangga! Sini lho deket Andin! Menjauh
mulu!!”
“Udah tunangan ya katanya?!”
“Belom, Om! Belom! Bentar lagi!”
“Ciyeee...! kapan?!”
Reza menyeret-nyeret Rangga
mendekat ke samping Andin. Member lainnya ikut ngeceng-ngecengin. Seluruh
penonton berseru riuh rendah. Andin tertawa kecil. Hanya Rangga yang memasang
ekspresi poker-face. WHAT THE HELL!!
Perasaan selama ini dia jalan sama Andin, atau ngobrol dengan Andin berdua di
apartemen, teman-temannya tenang-tenang aja! Kenapa sekarang jadi sok heboh
begini?
“Ayo! Ayo! Sini duduk! Rangga!
Ajak Andin duduk dooonk! Nggak peka banget sih!” seru pembawa acara.
Rangga nurut.
“Saya ikutan terkejut nih lihat
Andin datang di segmen-segmen akhir!”
“Spesial buat Rangga, Om!” potong Dicky.
“Wooooh! Iya iya! Ciyeeeee!
Romantis banget sih! Lagi kerja, terus disamperin!!”
Andin tertawa kecil. Sebelah
tangannya menutup mulutnya. Saat tertawa, Andin sedikit menyembunyikan
wajahnya.
Weird! Rangga melirik Andin dengan
bulu kuduk berdiri. Habis kejedot pintu dimana tuh anak kok tiba-tiba bersikap
imut banget? Biasanya juga kalo ketawa ngakak.
Sang pembawa acara melanjutkan
pertanyaan-pertanyaannya pada Andin. Tiap usai menjawab, selalu disambung
candaan oleh pembawa acara dan member SMASH yang lain. Rangga masih melanjutkan
loading-nya.
Andin menyenggol kaki Rangga.
Rangga melirik. Andin mendelikkan matanya. Rangga cengo. Andin mendelikkan
matanya makin lebar. Rangga hanya mengerutkan dahinya. Dengan otak kosong
melihati wajah Andin yang nggak ada bedanya sama boneka Annabell.
“Apaan?” bisik Rangga. Akhirnya
peka juga dengan kode dari Andin.
“Tapi gimana caranya menjaga
komunikasi di tengah kesibukan?”
“Saling ngasih kabar aja, sih.
Lewat SMS, lewat telpon....” jawab Andin sambil tersenyum. Ia lalu menoleh ke
arah Rangga, “Iya, kan, Rang?”
“Hah?” Rangga terlihat mikir
setengah mati.
“Hah iyaa yaa aaa hahahaha
hah....” sambung Andin.
“Haha....” Rangga ikutan ketawa.
Suaranya nanggung. Mata tertuju ke arah host, sementara dengkulnya gemeteran
karena dicubit Andin.
“Biasanya orang pacaran punya panggilan
spesial, loh. Misalnya “Embem” kalo dia tembem. Atau “Ndut” kalo dia gendut,
atau, banyak lainnya. Nah, kalo Andin ke Rangga panggilan spesialnya apa, nih?”
Rangga melirik Andin. Mampus loe,
batinnya. Makan tuh panggilan spesial! Boro-boro embem atau endut, yang ada mah
nama marga satwa semua. Daftar aja semua, dimulai dari Kutu Kupret, Badak Aer,
sampe Ikan Buntal.
Rangga menoleh ke arah penonton.
Merasa bodo amat dengan pertanyaan host. Kadang merasa jengkel juga. Di saat
pasangan lain memanggil satu sama lain dengan sayang, honey, atau cinta, dia
malah mendapat panggilan penghuni kebun binatang. Rangga menatap lurus ke
depan. Telinganya terbuka lebar-lebar. Bersiap mendengar apa jawaban Andin.
Hingga tanpa ia sadar, matanya terhenti pada sebuah sosok familiar. Sosok
berjaket hitam yang duduk di bangku penonton. Berambut cepak dengan tindik
logam di telinga kirinya. Menatapnya tajam. Sangat tajam.
DIA???!!!
Doni Sambara?!!!
“Rangga?”
“.....”
“Rangga?!!!”
“Akhhh!!”
“Ngelamun mulu! Bangun woy!!” ucap
Bisma sambil menyodorkan microphone.
“Apaan?”
“Nyanyi! Acaranya udah selesai.”
Hah?
Rangga mengikuti Bisma maju ke
depan. Andin menggandeng lengannya di sampingnya. Dentum lagu mulai dimainkan.
Lampu studio bergerak-gerak. Suasana meremang. Biru dan ungu. Di tengah
pemandangan yang temaram, Rangga memicing-micingkan matanya. Tatap matanya
tertuju ke bangku penonton yang berada di ujung kiri.
-------------------------
BERSAMBUNG KE PART 24
Next kak..
BalasHapusMakin seru aja..
Penasaran nich..
Sukses kak!